TERAPI ABA PADA ANAK AUTIS


BAB I
LATAR BELAKANG
·               Latar belakang
ABA adalah sebuah teknik yang digunakan sebagai treatment untuk penderita autis dan biasanya diterapkan pada anak-anak dengan gangguan autis. Terapi ini diberikan dengan maksud untuk melakukan perubahan pada anak autistis dalam arti perilaku yang berlebihan dikurangi dan perilaku yang berkekurangan ( belum ada ) ditambahkan. ABA yang diciptakan oleh O Ivar Lovaas, PhD dari University of California Los Angeles ( UCLA ) memfokuskan penanganan pada pemberian reinforcement positif setiap kali anak berespon benar sesuai dengan instruksi yang diberikan. Tidak ada hukuman dalam terapi ini akan tetapi bila anak berespon negative ( salah / tidak tepat ) atau tidak berespon sama sekali maka ia tidak mendapatkan reinforcement positif yang dia sukai. Diharapkan dengan perlakuan ini dapat meningkatkan kemungkinan anak agar berespons positif dan mengurangi kemungkinan dia berespon negative atau tidak merespon instruksi yang diberikan.
Sesuai dengan namanya, teknik ini berangkat dari teori behavioristik dimana mereka meyakini bahwa perilaku berhubungan dengan system reward ( hadiah / penghargaan ) dan konsekwensi ( akibat ). Berangkat dari pemahaman dasar ini maka teknik ini biasanya digunakan sebagai dasar untuk metode mengajar. Oleh sebab itu, berangkat dari teori ini, Lovaas dan The Lovaas institute mengembangkan teknik ini dan menjabarkannya menjadi beberapa pengertian di bawah ini :
a) Applied
Meletakkan penugasan pada kondisi yang real
b) Behavioral Analysis
Observasi dan analisis yang dilakukan untuk obyek perilaku tertentu dengan tujuan untuk merubah atau menciptakan perilaku baru yang diinginkan.
Sehingga secara ringkas dapat dikatakan bahwa Applied Behavioral Analysis ( ABA ) adalah suatu teknik yang telah disusun secara sistematis untuk mengurangi perilaku yang tidak diinginkan dan meningkatkan perilaku yang diharapkan.
·         Rumusan Masalah
Adapun  rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Apa Konsep terapi ABA ( Applied Behaviour Analyswis Therapy) ?
2.      Apa Tujuan Penanganan ?
3.      Apa Prinsip Pelaksanaan Teknik ABA ?
4.      cara melakukan terapi ABA?

·         Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Mengetahui Konsep terapi ABA
2.      Mengetahui Tujuan Penanganan
3.      Mengetahiu Prinsip Pelaksanaan Teknik ABA
4.      Mengetahui cara melakuakan terapiABA
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep terapi ABA ( Applied Behaviour Analyswis Therapy)
ABA adalah program pengajaran yang intesif, terstruktur yang memecah perilaku dan kemampuan kompleks menjadi komponen sederhana. Anak-anak mempelajari setiap komponen tersebut dengan mencoba dan dapat dilihat bagaimana mereka merespon sebuah stimulus (misalnya suara atau objek) – respon yang benar mendapatkan hadiah dan respon yang tidak tepat diabaikan.
Pada awalnya, terapis menggunakan hadiah yang bersifat fisik seperti makanan atau mainan sampai mereka mengasosiasikannya dengan hadiah. Perlahan, terapis akan menggunakan pengahrgaan social seperti pelukan dan pujian sebagai gantidari hadiah fisik.
Seiring dengan waktu, terapis meningkatkan kesulitan dalam mendapatkan hadiah dan akan mengganti hadiah fisik intu menjadi hadiah social. Anaka akan belajar lebih banyak komponen dan dapat menggeneralisir dan menggunakannya sebagai ketrampilan yang berguna.
ABA adalah satu satunya bentuk terapi terhadap autism yang didukung oleh U.S Surgeoun General. Program ABA sering memerlukan 40 jam tiap minggu dan sesi satu-satu dalam periode kontinu dalam waktu 2 tahun atau lebih.
Berdasarkan penelitian yang dipublikasi oleh seorang psikologis B.F Skinner dan rekannya, program ini sukses digunakan untuk menangani autism pada tahun 1967. Proggram ini popoler pada tahun 1993, setelah pencapaian luar biasa ini didokumentasikan ("Long Term Outcome for Children With Autism Who Received Early Intensive Behavioral Treatment" oleh McEachin, Smith, & Lovaas) juga dengan diterbitkannya buku milik Catherine Maurice ("Let Me Hear Your Voice”) mengenai kedia anaknya yang pulih dari autisme.


B. Tujuan Penanganan
Teknik ini diberikan dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kepatuhan anak autis terhadap aturan. Dari terapi ini hasil yang didapatkan signifikan bila mampu diterapkan secara intensif, teratur dan konsisten pada usia dini.
Mengapa Anak Autis ?
Seperti yang sudah ditulis diatas, terapi ini digunakan untuk anak yang autis. Anak autis memiliki gambaran unik dari anak lainnya hal ini menyebabkan perilaku anak autistis berbeda dari perilaku norma
Apakah
Terapi Perilaku Verbal (Verbal Behavior (VB) Therapy)?
Apakah keuntungannya bagi saya berbicara dengan orang lain?” – Pertanyaan ini adalah tujuan dari ABA/VB untuk membuat anak paham dengan menggunakan prinsip ABA.
Tidak seperti ABA terdahulu yang memaksa anak untuk duduk dan mengikuti pelajaran yang membosankan untuk mendapatkan pengahragaan, pendekat VB dalam melakukan ABA bertujuan untuk menunjukkan pada anak nilai dari berkomunikasi menggunakan bahasa. Hal ini masuk akal ketika mengamati bahwa bahasa pertama anak biasanya digunakan untuk mendapatkan hal yang diingankan.
Dalam ABA/VB, anak mulai belajar meminta barang yang diingankan, informasi dan aktivitas. Perhatian kami juga adalah mengajarkan anak untuk meminta sesuatu ketika ia benar-benar menginginkannya, seperti meminta makanan saat ia lapar. Tidak seperti ABA terdahulu yang tidak mempedulikan apakah anak tersebut benar menginginkan barang tersebut atau tidak.
Seiring dengan anak semakin termotivasi dan mampu dalam berbahasa, aspek lain dalam bahasa juga diperkenalkan dan dihargai untuk menjaga motivasi mereka:
- Receptive repertoire: Mengikuti instruksi tanpa membutuhkan bahasa
-Intraverbal: Merespon perkataan orang lain secara verbal
- Tact: Menamai, Mendeskripsikan sebuah benda
- Echoic: Meniru ucapan orang lain
- Imitation: Meniru gerakan orang lain
- Textural: Kemampuan membaca
- Transcriptive: Kemampuan menulis
Dibandingkan dengan menghafal arti dan pola yang benar dalam berperilaku(yang menjadi poin utama dalam ABA terdahulu), hasil yang didapat adalah anak yang mengerti kata-kata dan menggunakannya dalam keseharian. Hal ini menydiakan dasar yang kuat bagi mereka untuk lepas dari diagnosis autism dan dapat masuk ke dalam system pendidikan umum.
Gambaran Unik Anak Autis
1.      Selektif yang berlebihan terhadap rangsangan sehingga kemampuan menangkap isyarat yang berasal dari lingkungan sangat terbatas
2.      Kurang motivasi, bukan hanya sering menarik diri dan asyik sendiri tetapi juga cenderung tidak termotivasi menjelajah lingkungan baru atau memperluas lingkup perhatian mereka.
3.      Memiliki respon stimulasi diri tinggi. Mereka menghabiskan sebagian besar waktu untuk merangsang diri sendiri misalnya bertepuk tangan.
4.      Memiliki respon terhadap imbalan. Mereka belajar paling efektif pada kondisi imbalan langsung yang jenisnya sangat individual. Namun respon ini berbeda untuk setiap anak autis.
Dari gambaran di atas maka tampak beberapa perilaku yang tentunya berbeda pada anak normal. Perilaku ini kemudian dapat dijabarkan ke dalam perilaku yang berlebihan, perilaku yang berkekurangan atau bahkan tidak ada sama sekali. Contoh perilaku yang berlebihan ini misalnya mengamuk. Sedangkan perilaku yang berkekurangan contohnya gangguan bicara, perilaku social yang tidak tepat. Semuanya hal di atas tentunya menjadi hal yang serius untuk segera ditangani. Oleh sebab itu, karena berkaitan dengan perilaku, maka teknik ABA inipun diterapkan.


Langkah – langkah yang perlu di perhatikan :
a)      Target perilaku yang mau dirubah harus jelas dan spesifik.
b)      Tujuan jangka panjang dan jangka pendek yang hendak dicapai juga hendaknya jelas dan           terarah
c)      Perkembangan maupun kemajuan program yang dijalankan dapat terukur.
d)     Harus ada pembagian peran yang jelas antara konselor, terapis, orangtua maupun caregiver yang terlibat.
e)      Gambaran detail tentang positive maupun negative reinforcement yang akan digunakan.
f)       Membuat gambaran yang jelas bagaimana perencanaan dapat digunakan untuk monitoring dan evaluasi demi keefektivan teknik tersebut.

C. Prinsip Pelaksanaan Teknik ABA
Prinsip awal pelaksanaan terapi ini adalah dengan meningkatkan kemampuan reseptif atau pemahaman anak autis. Dimulai dengan jumlah latihan yang sedikit untuk beberapa minggu pertama. Cara ini akan membantu terapis untuk terampil pada metode pengajaran dan membantu anak terbiasa pada kegiatan terstruktur.
Secara umum program awal ini meliputi program kesiapan belajar ( misalnya berespon terhadap nama ), program bahasa reseptif ( misalnya mengikuti perintah satu tahap ), program meniru ( misalnya meniru gerakkan motorik kasar ), dan program bahasa ekspresif ( misalnya menunjuk benda-benda yang diinginkan ) dan tugas menyamakan ( misalnya menyamakan benda-benda yang identik ). Ketika anak mengalami kemajuan, tambahkan program baru.
Beberapa Teknik Yang Termasuk Dalam ABA
a)      Shaping v Task Analysis
b)      Chaining v Reinforcement
c)      ading v Discrete Trial
d)     Redirection v Prompting
e)      Ignoring v Other
Dari beberapa teknik di atas, teknik yang paling sering digunakan adalah Discrete Trial. Metode Lovaas dengan teknik ABA ini dimulai dengan Discrete Trial ( ujicoba latihan )

D. cara melakukan terapi ABA
Terapis anak Anda pertama-tama akan mengamati anak untuk melihat ejauh apa kemampuan yang dimilikinya dan kesulitan yang dimilikinya. Kemudian ia akan menentukan tujuan spesifiknya, misalnya tujuan obyektif terapi ABA anak Anda adalah agar bisa menatap mata orang yang mengajaknya bicara. Terapis juga akan menentukan ukuran obyektifnya, seperti seberapa banyak jumlah tatapan mata anak dalam 10 menit mengobrol.
Untuk mencapai tujuan ini, terapis akan merancang rencana teknis serinci mungkin terkait aktivitas anak selama terapi. Misalnya untuk membuat anak sukses membangun kontak mata, ia akan:
  • Duduk berhadapan sejajar dengan anak, bersama dengan asisten terapis yang biasanya ada di belakang anak.
  • Sepanjang terapi memanggil nama anak sambil memegang benda yang menarik (pancingan). Benda itu akan diletakkan sejajar dengan mata terapis bertujuan memancing anak untuk melihat ke arah mata terapis.
  • Terapis akan memanggil nama anak sambil mengatakan kalimat perintah sederhana. Contohnya, “Mira, lihat” sambil tangannya mengarahkan pancingan sejajar dengan mata. Tujuannya agar anak melihat ke arah mata terapis.
  • Terapis akan terus mengatakan “Mira lihat” hingga sang anak membangun kontak mata dengan terapis secara spontan.
  • Setiap respon tidak sesuai yang dilakukan oleh anak akan direspon dengan terapis dengan menjawab “tidak” atau dengan menyebut nama anak “Mira, tidak”.
  • Jika anak sudah bisa membangun kontak mata, maka terapis akan memberikan pujian-pujian pada anak. Misalnya “ Mira hebat, Mira pintar sekali”. Terapis akan mengulang ulang berbagai macam pujian ketika anak berhasil melakukan apa yang ditargetkan.
Tatapan mata anak yang dilihat terapis akan dijadikan sebagai pengukuran objektif; sudah seberapa jauh perubahan yang ditampilkan oleh anak dalam melakukan kontak mata.
Jika anak sudah berhasil membangun kontak mata, terapis akan melanjutkan terapi dengan tujuan yang baru. Misalnya untuk membuat si anak membalas dengan “ya” ketika namanya dipanggil atau melatih kemampuan motoriknya untuk menangkap bola atau minum dengan gelas. Semakin banyak yang dipelajari, maka akan semakin kompleks tugas yang diberikan terapis untuk anak.
Dari hal-hal kecil ini nantinya akan terkumpul perilaku yang utuh. Semakin banyak kemampuan baru yang dipelajari, maka akan semakin lengkap kemampuannya untuk berinteraksi sosial dengan lingkungannya.
Di akhir sesi terapi, terapis anak Anda akan mengevaluasi kelancaran program tersebut dan membuat perubahan jika dibutuhkan.
Siapa yang berhak memberikan terapi autisme ABA?
Terapi autisme ABA bukanlah program sembarangan. Program ini harus dilakukan oleh orang yang memang sudah bersertifikasi sebagai terapis perilaku dan memiliki pengalaman luas bekerja sama dengan anak pengidap autisme. Guru, orangtua, dan tenaga profesional kesehatan lainnya juga sebenarnya dapat melakukan pengajaran langsung terhadap anak ASD, namun Terapi yang sering di gunakan adalah teknik terapi Discrete Trial
Apa Itu Discrete Trial ?
·         Discrete trial adalah teknik khusus yang digunakan untuk memaksimalkan proses belajar.
·         Teknik ini juga dikombinasikan dengan teknik lain dalam pelaksanaan pada terapi ABA seperti prompting, fading, chaining.
·         Teknik ini dapat digunakan pada segala jenis usia dan populasi.
·         Proses yang banyak dikembangkan dalam teknik ini sebagian besar untuk mengembangkan kemampuan berpikir ( kognitif ), komunikasi, bermain, social maupun emosional serta bina diri.
·         Menekankan pada belajar sebagai proses aktif.

Teknik Discrete Trial :
a)      Terapis memberi suatu stimulus atau rangsangan berupa instruksi ke anak yang memperhatikan terapis atau tugas di tangannya.
b)       Stimulus ini mungkin diikuti oleh prompt untuk menimbulkan respon yang dimaksud.
c)      Anak merespon benar/salah atau tidak merespon sama sekali
d)     Terapis berespon dengan memberi imbalan atas respon anak yaitu memberi hadiah jika benar dan mengatakan tidak jika salah.
e)       Terdapat senggang waktu atau interval singkat sebelum memulai uji coba berikutnya.
Beberapa hal yang ada dalam Discrete Trial ;
1. Instruksi
Instruksi yang diberikan hendaknya singkat, jelas dan konsisten.Pada tahap awal, kalimat   yang digunakan hendaknya berupa kalimat singkat.
2. Respon
Dalam merespon instruksi terapis, anak mungkin melakukannya dengan benar, setengah benar, salah atau tidak merespon sama sekali yang juga dinilai salah.
3. Prompt ( bantuan, dorongan dan arahan )
a)      Beberapa anak memerlukan tambahan bantuan untuk melakukan keterampilan atau perilaku   yang diinginkan
b)      Prompt adalah setiap bantuan yang diberikan pada anak untuk menghasilkan respon yang benar.
c)      Ada beberapa jenis prompt antara lain fisik, contoh, lisan, visual, posisi, ukuran benda, dengan menunjuk.
 4. Imbalan / reward
a)      Reward mempunyai dua aspek penting yaitu jenisnya dan bagaimana cara memberikannya.
·         Jenis reward
           • Reward positif
             Reward yang diberikan setelah suatu perilaku kemudian akan meningkatkan perilaku   tersebut
          Reward negative
           Anak tidak akan meningkatkan perilaku tersebut
       b. Pemadaman ( extinction )
·         Pemadaman berarti suatu stimulus yang merupakan suatu imbalan yang tidak lagi diberikan.
·         Contohnya : jika selama ini anak mendapatkan perhatian terhadap amukkan ( tantrum ) dan perhatian tersebut sebagai reward positive sehingga anak memelihara tantrumnya maka cara efektif untuk menghilangkannya adalah dengan tidak lagi memberikan perhatian saat anak tantrum.
·         Berikut adalah 3 hal penting pada pemadaman :
1.                  Prinsip pemadaman adalah pengurangan bertahap dari kekuatan perilaku tersebut   bukan suatu penurunan tajam dan dramatis seperti ciri hukuman.
2.                  Biasanya, pada awal pemadaman terdapat peningkatan kekuatan perilaku karena    anak semakin berusaha mendapatkan kembali imbalan.
3.                  Anak akan lebih kreatif pada usahanya untuk memperoleh perhatian untuk             amukkannya.
     c. Time out
            Menghilangkan kesempatan untuk mendapatkan imbalan
     d. Cara memberikan imbalan
·         Imbalan harus tergantung pada perilaku
·         Pelaksanaan harus konsisten
·         Pemberian imbalan jangan bermakna ganda
·         Imbalan harus mudah dibedakan oleh anak
     e. Selang waktu pemberian Discrete Trial ( uji coba )
·         Selang waktu uji coba adalah waktu antara reward satu uji coba dan mulainya suatu instruksi untuk uji coba berikutnya
·         Anak yang memperlihatkan banyak perilaku lepas tugas memerlukan selang waktu ujicoba yang pendek agar dapat mengurangi kesempatan untuk terjadinya perilaku tersebut
·         Selang waktu uji coba ini biasanya berkisar antara 3-5 detik. Hal ini akan membantu anak mengetahui bahwa terapis telah mengakhiri suatu uji coba terakhir dan akan memberikan uji coba yang baru lagi.
Tiga Komponen Penting dalam Discrete Trial :
1.      Stimulus Discriminative = SD
2.      Respon Anak = R
3.      Stimulus Respons = SR
Components of a Discrete Trial
Contoh :
AKTIVITAS A
Skill : Anak diminta oleh terapis untuk memberikan benda yang diminta oleh terapis.
Identifikasi kemungkinan SD, R dan SR yang terjadi :
SD : “ Ambil crayon ! “
R : anak memberikan crayon
SR : “ Wow. Bagus sekali ! “
Jika anak tidak tepat melakukannya tetapi memberikan perhatian :
SR : ‘ Hampir tepat. Ayo coba lagi “
Jika anak melakukannya dengan tepat tapi tanpa memperhatikan terapis
SR : “ Baik. Sekarang lihat saya. “
AKTIVITAS B
Skill : Anak duduk di kursi sesuai perintah
Identifikasi kemungkinan SD, R dan SR yang terjadi :
SD : “ Duduk di kursi itu ‘
R : Anak duduk di kursi
SR : “ Bagus sekali ! “
Jika anak tidak tepat melakukannya tetapi memberikan perhatian :
SR : ‘ Bagus. Kamu sudah mencoba. Ayo coba lagi “
Jika anak melakukannya dengan tepat tapi tanpa memperhatikan terapis
SR : “ Dengarkan. “



GENERALISASI DAN PEMELIHARAAN DARI PERUBAHAN PERILAKU
Karakteristik umum anak autis yaitu tidak mampu menggeneralisasikan keterampilan yang baru dipelajari ke keadaan berbeda dari apa yang terdapat saat latihan. Selama pengajaran awal terapis sering memelihara kendali ketat terhadap instruksi yang diberikan, benda-benda yang ditunjukkan, susunan duduk dan tatanan lainnya.
Biasanya generalisasi dilakukan setelah keterampilan target telah dikuasai. Namun pada anak yang cakap, mungkin generalisasi dapat dimulai ketika keterampilan baru saja muncul. Berikut ini tiga jenis generalisasi :
1. Generalisasi rangsang ( stimulus generalization )
Jika terapi perilaku tetap terjadi sebagai respon dari berbagai rangsang, bisa terjadi di kelas, di rumah, di taman dan di rumah orang lain. Seorang terapis mengajarkan anak agar dapat melakukan suatu perilaku, tetapi anak tidak melakukan perilaku tersebut bagi orang atau terapis lain. Anak belajar merespon beberapa bagian tertentu misalnya gerakkan tangan terapis, tetapi karena bagian ini tidak ada pada keadaan yang lain, perilaku tidak tergeneralisasikan.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka langkah-langkah di bawah ini dapat dilakukan :
1.      Program rangsang yang sama
            Setiap latihan perlu mengandung rangsang yang sama
2.      Modifikasi berturutan pada perilaku
            Disesuaikan dengan konteks lingkungan tempat dia tinggal.
3.      Melatih dengan banyak contoh
            Berikan anak beberapa alternative dengan pola yang sama.
4.      Generalisasi respon ( respon generalization )
            Dalam hal ini yang dapat diperhatikan adalah bahasa, pelajaran meniru dan mengamati, kepatuhan serta penekanan pada perilaku yang tidak sesuai.
5.      Generalisasi sepanjang waktu ( pemeliharaan )
            Mempertahankan efek dari terapi supaya tetap dikuasai anak sepanjang waktu. Jika keterampilan telah dikuasai anak, generalisasi dan pemeliharaan dapat ditingkatkan secara bertahap dengan mengurangi sedikit demi sedikit frekuensi dan jenis imbalan.
Selama fase ini, frekuensi ujicoba latihan dikurangi. Secara umum, pemeliharaan dinilai sekali seminggu selama periode 3-6 minggu.

DAFTAR PUSTAKA
Bettelheim,B. The Empty Fortress : Infantile Autism and The Birth of the Self. New York : Free
Sumber : Terapi Anak Autis di Rumah, 2003. Widyawati, S; Rosadi, E ; Yulidar.Puspa Sehat :Jakarta. Hal. 24 
Mash J, Wolfe D. Abnormal Child Psychology. 2005. Thomson Learning, Inc : USA
Veskarisyanti, G. 12 Terapi Autis Paling Efektif dan Hemat. 2008. Pustaka Anggrek : Yogyakarta
Widyawati, S; Rosadi, E ; Yulidar. Terapi Anak Autis di Rumah, 2003.Puspa Sehat : Jakarta.













TUGAS KELOMPOK I

TERAPI ABA


Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Pendidikan KompensatorisAnak Autis

Dosen :
NADIA MUNIROH, M.Pd
 










Penyusun:
     KAHARIAH (1610127720036)                   

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KHUSUS
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2018



KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul Terapi ABAf” dengan baik. Shalawat serta salam kami panjatkan kepada Nabi besar Muhammad SAW kepada keluarganya, sahabatnya dan kepada kita semua selaku umat-Nya.
ABA adalah sebuah teknik yang digunakan sebagai treatment untuk penderita autis dan biasanya diterapkan pada anak-anak dengan gangguan autis. Terapi ini diberikan dengan maksud untuk melakukan perubahan pada anak autistis dalam arti perilaku yang berlebihan dikurangi dan perilaku yang berkekurangan ( belum ada ) ditambahkan. ABA yang diciptakan oleh O Ivar Lovaas, PhD dari University of California Los Angeles ( UCLA ) memfokuskan penanganan pada pemberian reinforcement positif setiap kali anak berespon benar sesuai dengan instruksi yang diberikan
Kami mengharapkan tugas makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapakan kritik dan saran yang bersifat konstruktiv dalam perbaikan dikemudian hari.

Kotabaru, 5 September 2018


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang...........................................................................................
B.     RumusanMasalah.......................................................................................
C.     Tujuan.........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A.       Konsep terapi ABA ( Applied Behaviour Analyswis Therapy)…………
B.        Tujuan Penanganan ………………………………………………………
C.        Prinsip Pelaksanaan Teknik ABA…………………………………………………………..
D.       cara melakukan terapi ABA………………………………………………

BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan.................................................................................................
B.     Saran...........................................................................................................
     
       DAFTAR PUSTAKA


Komentar

Postingan populer dari blog ini

OBSERVASI ANAK ADHD

PERAN MASYARAKAT SEKOLAH DALAM MERANGSANG KREATIFITAS DAN BAKAT ANAK