TERAPI ABA PADA ANAK AUTIS
BAB I
LATAR BELAKANG
·
Latar
belakang
ABA adalah sebuah teknik yang digunakan sebagai treatment untuk penderita autis dan biasanya diterapkan pada anak-anak dengan gangguan autis. Terapi ini diberikan dengan maksud untuk melakukan perubahan pada anak autistis dalam arti perilaku yang berlebihan dikurangi dan perilaku yang berkekurangan ( belum ada ) ditambahkan. ABA yang diciptakan oleh O Ivar Lovaas, PhD dari University of California Los Angeles ( UCLA ) memfokuskan penanganan pada pemberian reinforcement positif setiap kali anak berespon benar sesuai dengan instruksi yang diberikan. Tidak ada hukuman dalam terapi ini akan tetapi bila anak berespon negative ( salah / tidak tepat ) atau tidak berespon sama sekali maka ia tidak mendapatkan reinforcement positif yang dia sukai. Diharapkan dengan perlakuan ini dapat meningkatkan kemungkinan anak agar berespons positif dan mengurangi kemungkinan dia berespon negative atau tidak merespon instruksi yang diberikan.
ABA adalah sebuah teknik yang digunakan sebagai treatment untuk penderita autis dan biasanya diterapkan pada anak-anak dengan gangguan autis. Terapi ini diberikan dengan maksud untuk melakukan perubahan pada anak autistis dalam arti perilaku yang berlebihan dikurangi dan perilaku yang berkekurangan ( belum ada ) ditambahkan. ABA yang diciptakan oleh O Ivar Lovaas, PhD dari University of California Los Angeles ( UCLA ) memfokuskan penanganan pada pemberian reinforcement positif setiap kali anak berespon benar sesuai dengan instruksi yang diberikan. Tidak ada hukuman dalam terapi ini akan tetapi bila anak berespon negative ( salah / tidak tepat ) atau tidak berespon sama sekali maka ia tidak mendapatkan reinforcement positif yang dia sukai. Diharapkan dengan perlakuan ini dapat meningkatkan kemungkinan anak agar berespons positif dan mengurangi kemungkinan dia berespon negative atau tidak merespon instruksi yang diberikan.
Sesuai dengan namanya, teknik
ini berangkat dari teori behavioristik dimana mereka meyakini bahwa perilaku
berhubungan dengan system reward ( hadiah / penghargaan ) dan konsekwensi (
akibat ). Berangkat dari pemahaman dasar ini maka teknik ini biasanya digunakan
sebagai dasar untuk metode mengajar. Oleh sebab itu, berangkat dari teori ini,
Lovaas dan The Lovaas institute mengembangkan teknik ini dan menjabarkannya
menjadi beberapa pengertian di bawah ini :
a) Applied
Meletakkan penugasan pada
kondisi yang real
b) Behavioral Analysis
Observasi dan analisis yang
dilakukan untuk obyek perilaku tertentu dengan tujuan untuk merubah atau
menciptakan perilaku baru yang diinginkan.
Sehingga secara ringkas dapat
dikatakan bahwa Applied Behavioral Analysis ( ABA ) adalah suatu teknik yang
telah disusun secara sistematis untuk mengurangi perilaku yang tidak diinginkan
dan meningkatkan perilaku yang diharapkan.
·
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut :
1.
Apa
Konsep terapi ABA ( Applied Behaviour Analyswis Therapy) ?
2.
Apa
Tujuan Penanganan ?
3. Apa Prinsip Pelaksanaan
Teknik ABA ?
4.
cara melakukan terapi ABA?
·
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Mengetahui
Konsep terapi ABA
2. Mengetahui
Tujuan Penanganan
3. Mengetahiu
Prinsip Pelaksanaan Teknik ABA
4. Mengetahui
cara melakuakan terapiABA
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep terapi ABA ( Applied
Behaviour Analyswis Therapy)
ABA
adalah program pengajaran yang intesif, terstruktur yang memecah perilaku dan
kemampuan kompleks menjadi komponen sederhana. Anak-anak mempelajari setiap komponen
tersebut dengan mencoba dan dapat dilihat bagaimana mereka merespon sebuah
stimulus (misalnya suara atau objek) – respon yang benar mendapatkan hadiah dan
respon yang tidak tepat diabaikan.
Pada
awalnya, terapis menggunakan hadiah yang bersifat fisik seperti makanan atau
mainan sampai mereka mengasosiasikannya dengan hadiah. Perlahan, terapis akan
menggunakan pengahrgaan social seperti pelukan dan pujian sebagai gantidari
hadiah fisik.
Seiring
dengan waktu, terapis meningkatkan kesulitan dalam mendapatkan hadiah dan akan
mengganti hadiah fisik intu menjadi hadiah social. Anaka akan belajar lebih
banyak komponen dan dapat menggeneralisir dan menggunakannya sebagai
ketrampilan yang berguna.
ABA
adalah satu satunya bentuk terapi terhadap autism yang didukung oleh U.S
Surgeoun General. Program ABA sering memerlukan 40 jam tiap minggu dan sesi
satu-satu dalam periode kontinu dalam waktu 2 tahun atau lebih.
Berdasarkan
penelitian yang dipublikasi oleh seorang psikologis B.F Skinner dan rekannya,
program ini sukses digunakan untuk menangani autism pada tahun 1967. Proggram
ini popoler pada tahun 1993, setelah pencapaian luar biasa ini didokumentasikan
("Long Term Outcome for Children With Autism Who Received Early
Intensive Behavioral Treatment" oleh McEachin, Smith, & Lovaas)
juga dengan diterbitkannya buku milik Catherine Maurice ("Let Me Hear
Your Voice”) mengenai kedia anaknya yang pulih dari autisme.
B. Tujuan Penanganan
Teknik ini diberikan dengan
tujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kepatuhan anak autis terhadap aturan.
Dari terapi ini hasil yang didapatkan signifikan bila mampu diterapkan secara
intensif, teratur dan konsisten pada usia dini.
Mengapa Anak Autis ?
Seperti yang sudah ditulis
diatas, terapi ini digunakan untuk anak yang autis. Anak autis memiliki
gambaran unik dari anak lainnya hal ini menyebabkan perilaku anak autistis
berbeda dari perilaku norma
Apakah
Terapi Perilaku Verbal (Verbal Behavior (VB) Therapy)?
Terapi Perilaku Verbal (Verbal Behavior (VB) Therapy)?
“Apakah
keuntungannya bagi saya berbicara dengan orang lain?” – Pertanyaan ini
adalah tujuan dari ABA/VB untuk membuat anak paham dengan menggunakan prinsip
ABA.
Tidak
seperti ABA terdahulu yang memaksa anak untuk duduk dan mengikuti pelajaran
yang membosankan untuk mendapatkan pengahragaan, pendekat VB dalam melakukan
ABA bertujuan untuk menunjukkan pada anak nilai dari berkomunikasi menggunakan
bahasa. Hal ini masuk akal ketika mengamati bahwa bahasa pertama anak biasanya
digunakan untuk mendapatkan hal yang diingankan.
Dalam
ABA/VB, anak mulai belajar meminta barang yang diingankan, informasi dan
aktivitas. Perhatian kami juga adalah mengajarkan anak untuk meminta sesuatu
ketika ia benar-benar menginginkannya, seperti meminta makanan saat ia lapar.
Tidak seperti ABA terdahulu yang tidak mempedulikan apakah anak tersebut benar
menginginkan barang tersebut atau tidak.
Seiring
dengan anak semakin termotivasi dan mampu dalam berbahasa, aspek lain dalam
bahasa juga diperkenalkan dan dihargai untuk menjaga motivasi mereka:
- Receptive repertoire: Mengikuti instruksi tanpa membutuhkan bahasa
-Intraverbal: Merespon perkataan orang lain secara verbal
- Tact: Menamai, Mendeskripsikan sebuah benda
- Echoic: Meniru ucapan orang lain
- Imitation: Meniru gerakan orang lain
- Textural: Kemampuan membaca
- Transcriptive: Kemampuan menulis
- Receptive repertoire: Mengikuti instruksi tanpa membutuhkan bahasa
-Intraverbal: Merespon perkataan orang lain secara verbal
- Tact: Menamai, Mendeskripsikan sebuah benda
- Echoic: Meniru ucapan orang lain
- Imitation: Meniru gerakan orang lain
- Textural: Kemampuan membaca
- Transcriptive: Kemampuan menulis
Dibandingkan
dengan menghafal arti dan pola yang benar dalam berperilaku(yang menjadi poin
utama dalam ABA terdahulu), hasil yang didapat adalah anak yang mengerti
kata-kata dan menggunakannya dalam keseharian. Hal ini menydiakan dasar yang
kuat bagi mereka untuk lepas dari diagnosis autism dan dapat masuk ke dalam
system pendidikan umum.
Gambaran Unik Anak Autis
1. Selektif
yang berlebihan terhadap rangsangan sehingga kemampuan menangkap isyarat yang
berasal dari lingkungan sangat terbatas
2. Kurang
motivasi, bukan hanya sering menarik diri dan asyik sendiri tetapi juga
cenderung tidak termotivasi menjelajah lingkungan baru atau memperluas lingkup
perhatian mereka.
3. Memiliki
respon stimulasi diri tinggi. Mereka menghabiskan sebagian besar waktu untuk
merangsang diri sendiri misalnya bertepuk tangan.
4. Memiliki
respon terhadap imbalan. Mereka belajar paling efektif pada kondisi imbalan
langsung yang jenisnya sangat individual. Namun respon ini berbeda untuk setiap
anak autis.
Dari gambaran di atas maka
tampak beberapa perilaku yang tentunya berbeda pada anak normal. Perilaku ini
kemudian dapat dijabarkan ke dalam perilaku yang berlebihan, perilaku yang
berkekurangan atau bahkan tidak ada sama sekali. Contoh perilaku yang
berlebihan ini misalnya mengamuk. Sedangkan perilaku yang berkekurangan
contohnya gangguan bicara, perilaku social yang tidak tepat. Semuanya hal di
atas tentunya menjadi hal yang serius untuk segera ditangani. Oleh sebab itu,
karena berkaitan dengan perilaku, maka teknik ABA inipun diterapkan.
Langkah – langkah yang
perlu di perhatikan :
a) Target
perilaku yang mau dirubah harus jelas dan spesifik.
b) Tujuan
jangka panjang dan jangka pendek yang hendak dicapai juga hendaknya jelas
dan terarah
c) Perkembangan
maupun kemajuan program yang dijalankan dapat terukur.
d) Harus
ada pembagian peran yang jelas antara konselor, terapis, orangtua maupun
caregiver yang terlibat.
e) Gambaran
detail tentang positive maupun negative reinforcement yang akan digunakan.
f) Membuat
gambaran yang jelas bagaimana perencanaan dapat digunakan untuk monitoring dan
evaluasi demi keefektivan teknik tersebut.
C. Prinsip Pelaksanaan Teknik ABA
Prinsip awal pelaksanaan terapi
ini adalah dengan meningkatkan kemampuan reseptif atau pemahaman anak autis.
Dimulai dengan jumlah latihan yang sedikit untuk beberapa minggu pertama. Cara
ini akan membantu terapis untuk terampil pada metode pengajaran dan membantu
anak terbiasa pada kegiatan terstruktur.
Secara umum program awal ini meliputi
program kesiapan belajar ( misalnya berespon terhadap nama ), program bahasa
reseptif ( misalnya mengikuti perintah satu tahap ), program meniru ( misalnya
meniru gerakkan motorik kasar ), dan program bahasa ekspresif ( misalnya
menunjuk benda-benda yang diinginkan ) dan tugas menyamakan ( misalnya
menyamakan benda-benda yang identik ). Ketika anak mengalami kemajuan,
tambahkan program baru.
Beberapa Teknik Yang
Termasuk Dalam ABA
a) Shaping
v
Task Analysis
b) Chaining
v
Reinforcement
c) ading
v
Discrete Trial
d) Redirection
v
Prompting
e) Ignoring
v
Other
Dari beberapa
teknik di atas, teknik yang paling sering digunakan adalah Discrete Trial.
Metode Lovaas dengan teknik ABA ini dimulai dengan Discrete Trial ( ujicoba
latihan )
D. cara melakukan terapi ABA
Terapis
anak Anda pertama-tama akan mengamati anak untuk melihat ejauh apa kemampuan
yang dimilikinya dan kesulitan yang dimilikinya. Kemudian ia akan menentukan
tujuan spesifiknya, misalnya tujuan obyektif terapi ABA anak Anda adalah agar
bisa menatap mata orang yang mengajaknya bicara. Terapis juga akan menentukan
ukuran obyektifnya, seperti seberapa banyak jumlah tatapan mata anak dalam 10
menit mengobrol.
Untuk
mencapai tujuan ini, terapis akan merancang rencana teknis serinci mungkin
terkait aktivitas anak selama terapi. Misalnya untuk membuat anak sukses
membangun kontak mata, ia akan:
- Duduk berhadapan sejajar dengan anak, bersama dengan asisten terapis yang biasanya ada di belakang anak.
- Sepanjang terapi memanggil nama anak sambil memegang benda yang menarik (pancingan). Benda itu akan diletakkan sejajar dengan mata terapis bertujuan memancing anak untuk melihat ke arah mata terapis.
- Terapis akan memanggil nama anak sambil mengatakan kalimat perintah sederhana. Contohnya, “Mira, lihat” sambil tangannya mengarahkan pancingan sejajar dengan mata. Tujuannya agar anak melihat ke arah mata terapis.
- Terapis akan terus mengatakan “Mira lihat” hingga sang anak membangun kontak mata dengan terapis secara spontan.
- Setiap respon tidak sesuai yang dilakukan oleh anak akan direspon dengan terapis dengan menjawab “tidak” atau dengan menyebut nama anak “Mira, tidak”.
- Jika anak sudah bisa membangun kontak mata, maka terapis akan memberikan pujian-pujian pada anak. Misalnya “ Mira hebat, Mira pintar sekali”. Terapis akan mengulang ulang berbagai macam pujian ketika anak berhasil melakukan apa yang ditargetkan.
Tatapan
mata anak yang dilihat terapis akan dijadikan sebagai pengukuran objektif;
sudah seberapa jauh perubahan yang ditampilkan oleh anak dalam melakukan kontak
mata.
Jika
anak sudah berhasil membangun kontak mata, terapis akan melanjutkan terapi
dengan tujuan yang baru. Misalnya untuk membuat si anak membalas dengan “ya”
ketika namanya dipanggil atau melatih kemampuan motoriknya untuk menangkap bola
atau minum dengan gelas. Semakin banyak yang dipelajari, maka akan semakin
kompleks tugas yang diberikan terapis untuk anak.
Dari
hal-hal kecil ini nantinya akan terkumpul perilaku yang utuh. Semakin banyak
kemampuan baru yang dipelajari, maka akan semakin lengkap kemampuannya untuk
berinteraksi sosial dengan lingkungannya.
Di
akhir sesi terapi, terapis anak Anda akan mengevaluasi kelancaran program
tersebut dan membuat perubahan jika dibutuhkan.
Siapa yang berhak memberikan terapi
autisme ABA?
Terapi
autisme ABA bukanlah program sembarangan. Program ini harus dilakukan oleh
orang yang memang sudah bersertifikasi sebagai terapis perilaku dan memiliki
pengalaman luas bekerja sama dengan anak pengidap autisme. Guru, orangtua, dan
tenaga profesional kesehatan lainnya juga sebenarnya dapat melakukan pengajaran
langsung terhadap anak ASD, namun Terapi yang sering di gunakan adalah teknik
terapi Discrete Trial
Apa Itu Discrete Trial ?
·
Discrete trial adalah teknik khusus yang
digunakan untuk memaksimalkan proses belajar.
·
Teknik ini juga dikombinasikan dengan teknik
lain dalam pelaksanaan pada terapi ABA seperti prompting, fading, chaining.
·
Teknik ini dapat digunakan pada segala jenis
usia dan populasi.
·
Proses yang banyak dikembangkan dalam teknik ini
sebagian besar untuk mengembangkan kemampuan berpikir ( kognitif ), komunikasi,
bermain, social maupun emosional serta bina diri.
·
Menekankan pada belajar sebagai proses aktif.
Teknik Discrete Trial :
a) Terapis
memberi suatu stimulus atau rangsangan berupa instruksi ke anak yang
memperhatikan terapis atau tugas di tangannya.
b) Stimulus ini mungkin diikuti oleh prompt untuk
menimbulkan respon yang dimaksud.
c) Anak
merespon benar/salah atau tidak merespon sama sekali
d) Terapis
berespon dengan memberi imbalan atas respon anak yaitu memberi hadiah jika
benar dan mengatakan tidak jika salah.
e) Terdapat senggang waktu atau interval singkat
sebelum memulai uji coba berikutnya.
Beberapa hal yang ada
dalam Discrete Trial ;
1. Instruksi
Instruksi
yang diberikan hendaknya singkat, jelas dan konsisten.Pada tahap awal, kalimat yang digunakan hendaknya berupa kalimat
singkat.
2. Respon
Dalam
merespon instruksi terapis, anak mungkin melakukannya dengan benar, setengah
benar, salah atau tidak merespon sama sekali yang juga dinilai salah.
3. Prompt ( bantuan, dorongan
dan arahan )
a) Beberapa
anak memerlukan tambahan bantuan untuk melakukan keterampilan atau perilaku yang diinginkan
b) Prompt
adalah setiap bantuan yang diberikan pada anak untuk menghasilkan respon yang
benar.
c) Ada
beberapa jenis prompt antara lain fisik, contoh, lisan, visual, posisi, ukuran
benda, dengan menunjuk.
4. Imbalan / reward
a) Reward
mempunyai dua aspek penting yaitu jenisnya dan bagaimana cara memberikannya.
·
Jenis reward
• Reward positif
Reward
yang diberikan setelah suatu perilaku kemudian akan meningkatkan perilaku tersebut
•
Reward negative
Anak tidak akan meningkatkan perilaku
tersebut
b. Pemadaman ( extinction )
·
Pemadaman berarti suatu stimulus yang merupakan
suatu imbalan yang tidak lagi diberikan.
·
Contohnya : jika selama ini anak mendapatkan
perhatian terhadap amukkan ( tantrum ) dan perhatian tersebut sebagai reward
positive sehingga anak memelihara tantrumnya maka cara efektif untuk
menghilangkannya adalah dengan tidak lagi memberikan perhatian saat anak
tantrum.
·
Berikut adalah 3 hal penting pada pemadaman :
1.
Prinsip pemadaman adalah pengurangan bertahap dari kekuatan
perilaku tersebut bukan suatu penurunan
tajam dan dramatis seperti ciri hukuman.
2.
Biasanya, pada awal pemadaman terdapat peningkatan
kekuatan perilaku karena anak semakin
berusaha mendapatkan kembali imbalan.
3.
Anak akan lebih kreatif pada usahanya untuk memperoleh
perhatian untuk amukkannya.
c. Time out
Menghilangkan
kesempatan untuk mendapatkan imbalan
d. Cara memberikan imbalan
·
Imbalan harus tergantung pada perilaku
·
Pelaksanaan harus konsisten
·
Pemberian imbalan jangan bermakna ganda
·
Imbalan harus mudah dibedakan oleh anak
e. Selang waktu pemberian Discrete Trial (
uji coba )
·
Selang waktu uji coba adalah waktu antara reward
satu uji coba dan mulainya suatu instruksi untuk uji coba berikutnya
·
Anak yang memperlihatkan banyak perilaku lepas
tugas memerlukan selang waktu ujicoba yang pendek agar dapat mengurangi
kesempatan untuk terjadinya perilaku tersebut
·
Selang waktu uji coba ini biasanya berkisar
antara 3-5 detik. Hal ini akan membantu anak mengetahui bahwa terapis telah
mengakhiri suatu uji coba terakhir dan akan memberikan uji coba yang baru lagi.
Tiga Komponen Penting
dalam Discrete Trial :
1. Stimulus
Discriminative = SD
2. Respon
Anak = R
3. Stimulus
Respons = SR
Components of a Discrete Trial
Contoh :
AKTIVITAS A
Skill : Anak diminta oleh
terapis untuk memberikan benda yang diminta oleh terapis.
Identifikasi kemungkinan SD, R
dan SR yang terjadi :
SD : “ Ambil crayon ! “
R : anak memberikan crayon
SR : “ Wow. Bagus sekali ! “
Jika anak tidak tepat
melakukannya tetapi memberikan perhatian :
SR : ‘ Hampir tepat. Ayo coba
lagi “
Jika anak melakukannya dengan
tepat tapi tanpa memperhatikan terapis
SR : “ Baik. Sekarang lihat
saya. “
AKTIVITAS B
Skill : Anak duduk di kursi
sesuai perintah
Identifikasi kemungkinan SD, R
dan SR yang terjadi :
SD : “ Duduk di kursi itu ‘
R : Anak duduk di kursi
SR : “ Bagus sekali ! “
Jika anak tidak tepat
melakukannya tetapi memberikan perhatian :
SR : ‘ Bagus. Kamu sudah
mencoba. Ayo coba lagi “
Jika anak melakukannya dengan
tepat tapi tanpa memperhatikan terapis
SR : “ Dengarkan. “
GENERALISASI DAN
PEMELIHARAAN DARI PERUBAHAN PERILAKU
Karakteristik umum anak autis
yaitu tidak mampu menggeneralisasikan keterampilan yang baru dipelajari ke
keadaan berbeda dari apa yang terdapat saat latihan. Selama pengajaran awal
terapis sering memelihara kendali ketat terhadap instruksi yang diberikan,
benda-benda yang ditunjukkan, susunan duduk dan tatanan lainnya.
Biasanya generalisasi dilakukan
setelah keterampilan target telah dikuasai. Namun pada anak yang cakap, mungkin
generalisasi dapat dimulai ketika keterampilan baru saja muncul. Berikut ini
tiga jenis generalisasi :
1. Generalisasi rangsang (
stimulus generalization )
Jika terapi perilaku tetap
terjadi sebagai respon dari berbagai rangsang, bisa terjadi di kelas, di rumah,
di taman dan di rumah orang lain. Seorang terapis mengajarkan anak agar dapat
melakukan suatu perilaku, tetapi anak tidak melakukan perilaku tersebut bagi
orang atau terapis lain. Anak belajar merespon beberapa bagian tertentu
misalnya gerakkan tangan terapis, tetapi karena bagian ini tidak ada pada
keadaan yang lain, perilaku tidak tergeneralisasikan.
Untuk mengatasi hal tersebut,
maka langkah-langkah di bawah ini dapat dilakukan :
1.
Program rangsang yang sama
Setiap latihan perlu mengandung
rangsang yang sama
2.
Modifikasi berturutan pada perilaku
Disesuaikan dengan konteks lingkungan
tempat dia tinggal.
3.
Melatih dengan banyak contoh
Berikan anak beberapa alternative
dengan pola yang sama.
4.
Generalisasi respon ( respon generalization )
Dalam hal ini yang
dapat diperhatikan adalah bahasa, pelajaran meniru dan mengamati, kepatuhan
serta penekanan pada perilaku yang tidak sesuai.
5.
Generalisasi sepanjang waktu ( pemeliharaan )
Mempertahankan efek
dari terapi supaya tetap dikuasai anak sepanjang waktu. Jika keterampilan telah
dikuasai anak, generalisasi dan pemeliharaan dapat ditingkatkan secara bertahap
dengan mengurangi sedikit demi sedikit frekuensi dan jenis imbalan.
Selama fase ini, frekuensi
ujicoba latihan dikurangi. Secara umum, pemeliharaan dinilai sekali seminggu
selama periode 3-6 minggu.
DAFTAR
PUSTAKA
Bettelheim,B. The Empty Fortress
: Infantile Autism and The Birth of the Self. New York : Free
Sumber : Terapi Anak Autis
di Rumah, 2003. Widyawati, S; Rosadi, E ; Yulidar.Puspa Sehat :Jakarta. Hal.
24
Mash J, Wolfe D. Abnormal Child
Psychology. 2005. Thomson Learning, Inc : USA
Veskarisyanti, G. 12 Terapi
Autis Paling Efektif dan Hemat. 2008. Pustaka Anggrek : Yogyakarta
Widyawati, S; Rosadi, E ;
Yulidar. Terapi Anak Autis di Rumah, 2003.Puspa Sehat : Jakarta.
TUGAS KELOMPOK I
TERAPI ABA
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Pendidikan KompensatorisAnak Autis
Dosen :
NADIA MUNIROH, M.Pd
Penyusun:
KAHARIAH (1610127720036)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
KHUSUS
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2018
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan Kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah ini yang berjudul Terapi ABAf” dengan baik. Shalawat serta salam kami panjatkan kepada Nabi besar Muhammad SAW kepada
keluarganya, sahabatnya dan kepada kita semua selaku umat-Nya.
ABA adalah sebuah
teknik yang digunakan sebagai treatment untuk penderita autis dan biasanya
diterapkan pada anak-anak dengan gangguan autis. Terapi ini diberikan dengan
maksud untuk melakukan perubahan pada anak autistis dalam arti perilaku yang
berlebihan dikurangi dan perilaku yang berkekurangan ( belum ada ) ditambahkan.
ABA yang diciptakan oleh O Ivar Lovaas, PhD dari University of California Los
Angeles ( UCLA ) memfokuskan penanganan pada pemberian reinforcement positif
setiap kali anak berespon benar sesuai dengan instruksi yang diberikan
Kami mengharapkan tugas makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
mengharapakan kritik dan saran yang bersifat konstruktiv dalam perbaikan
dikemudian hari.
Kotabaru, 5 September 2018
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang...........................................................................................
B.
RumusanMasalah.......................................................................................
C.
Tujuan.........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A.
Konsep
terapi ABA ( Applied Behaviour Analyswis Therapy)…………
B.
Tujuan
Penanganan ………………………………………………………
C.
Prinsip Pelaksanaan Teknik ABA…………………………………………………………..
D.
cara melakukan terapi ABA………………………………………………
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan.................................................................................................
B.
Saran...........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
Komentar
Posting Komentar