OBSERVASI PADA ANAK DENGAN HAMBATAN PENGLIHATAN
Kata
Pengantar
Syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena atas segala rahmat dan hidayah-nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Walau pun
dalam penyelesaiannya banyak
sekali mendapat hambatan –
hambatan, namun pada akhirnya semua hambatan
tersebut dapat teratasi.
Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pendidikan Jasmani Adaptif. Tujuan penyusunan
makalah ini adalah untuk
mengenali dan memahami anak berkebutuhan
khusus yang mengalami hambatan dalam penglihatan (Tunanetra),
Kami menyadari, bahwa
dengan keterbatasan ilmu pengetahuan dan kemampuan kami dalam penyusunan
makalah ini, dirasakan masih jauh dari
sempurna, maka untuk itu kami menerima segala kritik dan saran dari pembaca
yang bersifat membangun demi perbaikan penulisan makalah ini.
Mudah-mudahan segala amal
baik yang telah diberikan kepada kami
mendapat balasan yang setimpal dari ALLAH SWT. Harapan kami mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya.
Kotabaru,
November 2018
Penyusun
Daftar
Isi
Kata Pengantar......................................................................................................................
Daftar Isi................................................................................................................................
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang...............................................................................................................
B.
Rumusan
Masalah..........................................................................................................
C.
Tujuan
Penelitian............................................................................................................
D.
Manfaat
Penulisn............................................................................................................
BAB
II KAJIAN TEORI
A. Definisi Anak Berkebutuhan Khusus.............................................................................
B. Definisi Anak Tunanetra................................................................................................
C. Karakteristik Anak dengan
Kebutuhan Khusus (Tunanetra).........................................
D. Klasifikasi Tunanetra......................................................................................................
E. Layanan Pendidikan Tunanetra......................................................................................
F. Prinsip – prinsip pembelajaran anak Tunanetra...............................................................
G. Fasilitas atau Alat-alat
yang Diperlukan dalam Belajar Anak Tunanetra.......................
BAB
III PEMBAHASAN
A.
Profil
sekolah..................................................................................................................
B.
Identitas
Siswa...............................................................................................................
C.
Pelaksanaan
Observasi....................................................................................................
1.
Tempat
Observasi...........................................................................................................
2.
Waktu
Observasi.............................................................................................................
3.
Subjek
Penelitian............................................................................................................
4.
Hasil
Observasi...............................................................................................................
BAB
IV PENUTUP
Kesimpulan.....................................................................................................................
Saran...............................................................................................................................
Lampiran.........................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Kegiatan
observasi ini merupakan kegiatan pembelajaran mata kuliah Pendidikan
Jasmani Adaptif di Jurusan Pendidikan Luar Biasa pada universitas Lambung
Mangkurat. Kegiatan observasi ini bertujuan agar mahasiswa mampu mengenal
secara langsung anak anak yang berkebutuhan khusus, terutama anak yang
mengalami tunanetra. Dengan mata kuliah ini diharapkan dapat membantu
para mahasiswa sebagai calon guru dalam mengimplementasikan pendidikan inklusif
di berbagai daerah di Indonesia.
Dalam
penyelenggaraan pendidikan inklusi, perlu adanya identifikasi bagi anak didik
berkebutuhan khusus agar keberadaan mereka dapat diketahui sedini mungkin.
Setelah dilakukan identifikasi, selanjutnya diberikan program pelayanan sesuai
kebutuhan masing-masing yang kemudian sebagai acuan untuk pemberian layanan Pendidikan
Khusus secara inklusif. Berdasarkan peraturan menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia No.70 tahun 2009 tentang pendidikan inklusif bagi peserta
didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan / atau bakat
istimewa perlu mendapatkan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan
hak asasinya yang diselenggarakan secara inklusif.
Yang
dimaksud dengan pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan
yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang berkebutuhan khusus
untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara
bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.
Anak
berkebutuhan khusus adalah anak yang dalam pendidikan memerlukan
pelayanan yang spesifik, berbeda dengan anak pada umumnya. Mengalami
hambatan dalam belajar dan perkembangan sehingga mereka memerlukan layanan
pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan belajar masing-masing anak.
Klasifikasi
anak berkebutuhan khusus diantaranya tunanetra, tunarungu, tunawicara,
tunagrahita, tunadaksa, tunalaras,anak autis, anak lamban belajar dan anak
dengan kecerdasan istimewa (gifted and talented).
Pada
kesempatan ini dilakukan observasi ke Sekolah Khusus Negeri SLB kabupaten
Kotabaru yang merupakan salah satu sekolah negeri bagi anak berkebutuhan
khusus.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses kegiatan belajar mengajar
anak tunanetra?
2. Sebutkan apa saja karakteristik anak yang
tunanetra?
3. Apa saja kendala yang dihadapi guru dalam
mengajar anak tunanetra?
4. Bagaimana bentuk layanan pendidikan yang
diberikan pada anak tunanetra?
1.3 Tujuan Observasi
1. Untuk
mengetahui secara langsung bagaimana kegiatan belajar mengajar anak mengalami gangguan penglihatan (tunanetra).
2. Untuk mengetahui karakteristik anak yang tunanetra.
3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi guru dalam
mengajar anak tunanetra.
4. Untuk
mengetahui layanan pendidikan yang sesuai untuk anak tunanetra.
1.4
Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan
makalah ini yakni untuk memberikan informasi dan pemahaman konseptual mengenai anak berkebutuhan khusus
yang mengalami hambatan penglihatan (Tunanetra)
di Sekolah Khusus Negeri SLB Kabupaten Kotabaru.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Definisi Anak
Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus (Heward)
adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya
tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang
termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat,
anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus
adalah anak luar biasa
dan anak cacat.
Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan
pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka,
contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille
dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa
isyarat.
Menurut
pasal 15 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, bahwa jenis pendidikan bagi
Anak berkebutuan khusus adalah Pendidikan Khusus. Pasal 32 (1) UU No. 20 tahun
2003 memberikan batasan bahwa Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi
peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses
pembelajaran karena kelainan fisik, emosional,mental, sosial, dan/atau memiliki
potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Teknis layanan pendidikan jenis
Pendidikan Khusus untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang
memiliki kecerdasan luar biasa dapat diselenggarakan secara inklusif atau
berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah.
Jadi Pendidikan Khusus hanya ada pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Untuk jenjang pendidikan tinggi secara khusus belum tersedia.
B. Definisi Anak Tunanetra
Tunanetra
adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. Definisi Tunanetra
menurut Kaufman & Hallahan
adalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang
dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan. Karena
tunanetra memiliki keterbataan dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran
menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran.
Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran
kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat taktual
dan bersuara,
contohnya adalah penggunaan tulisan braille,
gambar timbul, benda model dan benda nyata. sedangkan media yang bersuara
adalah perekam suara
dan peranti lunak JAWS. Untuk membantu tunanetra
beraktivitas di sekolah luar biasa mereka belajar mengenai Orientasi
dan Mobilitas. Orientasi dan Mobilitas diantaranya
mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana menggunakan
tongkat putih
(tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari alumunium).
C. Karakteristik Anak dengan Kebutuhan Khusus (Tunanetra)
Setiap anak dengan kebutuhan khusus memiliki
karakteristik (ciri-ciri) tertentu yang berbeda antara yang satu dengan yang
lainnya. Berikut ini ciri-ciri yang menonjol dari anak dengan kebutuhan khusus
(tunanetra).
Ciri-ciri tunanetra/anak yang mengalami gangguan
penglihatan adalah sebagai berikut, tidak mampu melihat, tidak mampu mengenali
orang pada jarak 6 meter, kerusakan nyata pada kedua bola mata, sering
meraba-raba/tersandung waktu berjalan, mengalami kesulitan mengambil benda
kecil di dekatnya, bagian bola mata yang hitam berwarna keruh/besisik/kering,
peradangan hebat pada kedua bola mata, mata bergoyang terus.
D. Klasifikasi Tunanetra
Tunanetra dapat
diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total
(Totally Blind) dan low vision.
1) Kelompok yang mengalami keterbatasan penglihatan:
· Mengenal bentuk atau obyek dari berbagai jarak
· Menghitung jari dari berbagai jarak
· Tidak mengenal tangan yang digerakkan
2)
Kelompok yang Mengalami Keterbatasan Penglihatan yang
Berat (Buta) :
· Yang tergolong mempunyai persepsi cahaya (light
perception)
· Yang tergolong tidak memiliki persepsi cahaya (no
light perception)
E. Layanan Pendidikan
Tunanetra
Layanan Pendidikan Tunanetra
Dikelompokkan Menjadi:
· Mereka mampu membaca cetakan standart
· Mampu membaca cetakan standart dengan menggunakan kaca
pembesar
· Mampu membaca cetakan besar (ukuran huruf:18)
· Mampu membaca cetakan kombinasi cetakan reguler dan
catakan besar
· Membaca cetakan besar dengan kaca pembesar
· Menggunakan Braille tetapi masih bisa melihat cahaya
(sangat berguna untuk mobilitas)
· Menggunakan Braille tetapi tidak punya persepsi cahaya
F. Prinsip – prinsip
pembelajaran anak Tunanetra
Dalam pembelajaran anak tunanetra,
terdapat prinsip-prinsip yang harus diperhatikan, antara lain :
1) Prinsip Individual
Prinsip
individual adalah prinsip umum dalam pembelajaran manapun (PLB maupun
pendidikan umum) guru dituntut untuk memperhatikan adanya perbedaan-perbedaan
individu. Pada siswa yang mengalami ketunanetraan harus ada beberapa perbedaan
layanan pendidikan antara anak low vision dengan anak yang buta total. Prinsip
layanan individu ini lebih jauh mengisyaratkan perlunya guru untuk merancang
strategi pembelajaran yang sesuai dengan keadaan anak. Inilah alasan dasar
terhadap perlunya (Individual Education Program – IEP).
2)
Prinsip kekonkritan/pengalaman penginderaan
Strategi
pembelajaran yang digunakan oleh guru harus memungkinkan anak tunanetra
mendapatkan pengalaman secara nyata dari apa yang dipelajarinya. Strategi
pembelajaran harus memungkinkan adanya akses langsung terhadap objek, atau
situasi. Anak tunanetra harus dibimbing untuk meraba, mendengar, mencium,
mengecap, mengalami situasi secara langsung dan juga melihat bagi anak low
vision. Prinsip ini sangat erat kaitannya dengan komponen alat/media dan
lingkungan pembelajaran. Untuk memenuhi prinsip kekonkritan, perlu tersedia
alat atau media pembelajaran yang mendukung dan relevan.
3)
Prinsip totalitas
Strategi
pembelajaran yang dilakukan guru haruslah memungkinkan siswa untuk memperoleh
pengalaman objek maupun situasi secara utuh dapat terjadi apabila guru
mendorong siswa untuk melibatkan semua pengalaman penginderaannya secara
terpadu dalam memahami sebuah konsep. Dalam bahasa Bower (1986) gagasan ini
disebut sebagai multi sensory approach, yaitu penggunaan semua alat indera yang
masih berfungsi secara menyeluruh mengenai suatu objek.
4)
Prinsip aktivitas mandiri (selfactivity)
Strategi
pembelajaran haruslah memungkinkan atau mendorong anak tunanetra belajar secara
aktif dan mandiri. Anak belajar mencari dan menemukan, sementara guru adalah
fasilitator yang membantu memudahkan siswa untuk belajar dan motivator yang
membangkitkan keinginannya untuk belajar. Prinsip ini pun mengisyaratkan bahwa
strategi pembelajaran harus memungkinkan siswa untuk bekerja dan mengalami,
bukan mendengar dan mencatat. Keharusan ini memiliki implikasi terhadap
perlunya siswa mengetahui, menguasai, dan menjalani proses dalam memperoleh
fakta atau konsep. Isi pelajaran (fakta, konsep) adalah penting bagi anak,
tetapi akan lebih penting lagi bila anak menguasai dan mengalami guna
mendapatkan isi pelajaran tersebut.
Pola
Pembelajaran
Permasalahan
pembelajaran dalam pendidikan tunanetra adalah masalah penyesuaian.
Penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran pada anak tunanetra lebih banyak
berorientasi pada pendidikan umum, terutama menyangkut tujuan dan muatan
kurikulum. Dalam strategi pembelajaran, tugas guru adalah mencermati setiap
bagian dari kurikulum, mana yang bisa disampaikan secara utuh tanpa harus
mengalami perubahan, mana yang harus dimodifikasi, dan mana yang harus
dihilangkan sama sekali.
G.
Fasilitas atau Alat-alat yang Diperlukan dalam Belajar
AnakTunanetra
Alat
pendidikan bagi tunanetra dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu alat
pendidikan khusus, alat bantu dan alat peraga.
a)
Alat pendidikan khusus anak tunanetra antara lain:
1.
Reglet dan pena atau stilus
2.
Mesin tik Braille
3.
Komputer dengan program Braille
4.
Printer Braille
5.
Abacus
6.
Calculator bicara
7.
Kertas braille
8.
Penggaris Braille
9.
Kompas bicara
10. Tongkat putih
11. Tongkat Laser (Laser
Cane)
12. Sonic Guide (Penuntun Bersuara).
b)
Alat Peraga. Alat peraga tactual atau audio yaitu alat
peraga yang dapat diamati melalui perabaan atau pendengaran. Alat peraga
tersebut antara lain:
1.
benda asli : makanan, minuman, binatang peliharaan
2.
benda asli yang diawetkan : binatang liar/buas atau
yang sulit di dapatkan
3.
benda asli yang dikeringkan
4.
benda/model tiruan; model kerangka manusia, model alat
pernafasan.
Fasilitas
penunjang pendidikan untuk anak tunanetra secara umum sama dengan anak normal,
hanya memerlukan penyesuaian untuk informasi yang memungkinkan tidak dapat
dilihat, harus disampaikan dengan media perabaan atau pendengaran. Fasilitas
fisik yang berkaitan dengan gedung, seharusnyajumlah parit yang sedikit dan
variasi tinggi rendah lantainya, menghindari dinding yang mempunyai sudut
lancip dankeras. Perabot sekolah sedapat mungkin memiliki sudut yang tumpul.
Fasilitas
penunjang pendidikan yang diperlukan anak tunanetra menurut Anastasia
Widjajanti dan Immanuel Hitipeuw (1995) adalah Braille dan peralatan orientasi
dan mobilitas, serta media pelajaran yang memungkinkan anak untuk memanfaatkan
fungsi peraba dengan optimal.
Fasilitas pendidikan
bagi anak tunanetra antara lain adalah :
a. Huruf Braille
Huruf
Braille merupakan fasilitas utama penyelenggaraan pendidikan bagi anak
tunanetra. Huruf Braille ditemukan pertama kali oleh Louis Braille. Cara membaca
huruf Braille sama seperti pada umumnya yaitu dari kiri ke kanan. Sedangkan
untuk menulis, prinsip kerjanya berbeda dengan membaca. Cara menulis huruf
Braille tidak seperti pada umumnya yaitu mulai dari kanan ke kiri, biasanya
sering disebut dengan menulis secara negatif. Jadi menulis Braille secara
negatif akan menghasilkan tulisan secara timbul positif, yang dibaca adalah
tulisan timbulnya.
Ada
tiga cara untuk menulis Braille, yaitu dengan (1) reglet dan pen atau stilus,
(2) mesin tik Braille, dan (3) computer yang dilengkapi dengan printer Braille.
Media yang digunakan berupa kertas tebal yang tahan lama (manila, atau yang
lain). Kertas standar untuk Braille adalah kertas braillon.
b. Tongkat putih
Tongkat
putih merupakan fasilitas pendukung anak tunanetra untuk orientasi dan
mobilitas. Dengan tongkat putih anak tunanetra berjalan untuk mengenali
lingkungannya. Berbagai media alat bantu mobilitas dapat berupa tongkat putih,
anjing penuntun, kacamata elektronik, tongkat elektronik.
Program
latihan orientasi dan mobilitas meliputi jalan dengan pendamping awas, jalan
mandiri, dan latihan bantu diri (latihan di kamar mandi dan WC, latihan di ruang
makan, latihan di kamar tidur, latihan di dapur, latihan di kamar tamu) dan
latihan orientasi sekolah.
c. Laser cane (tongkat laser)
Tongkat
laser adalah tongkat penuntun berjalan yang menggunakan sinar inframerah untuk
mendeteksi rintangan yang ada pada jalan yang akan dilalui dengan memberi tanda
lisan (suara), serta dapat juga menggunakan alat bantu yang lainnya yang
relevan dan sesuai dengan kebutuhan
BAB III
PEMBAHASAN
PROFIL SEKOLAH
1. IDENTITAS SEKOLAH
Nama Sekolah :
Tk kartika v-27 Kotabaru
N.I.S :
N.S.S :
002150901004
NPSN DIKDAS :
69791477
Alamat Sekolah
a.
Jalan : Jl. M.Alwi
b.
Desa / Kelurahan :
Semayap
c.
Kecamatan :
Pulau Laut Utara
d.
Kota :
Kotabaru
e.
Provinsi :
Kalimantan Selatan
Nomor Telepon
: -
Email :
tk.kartika527@yahoo.com
Kode Pos : 72116
Surat Keputusan / SK :
800/0077-Dindik/1990
Tgl. 31 Mei 1990
Penerbit SK (di tandatangani oleh): Kepala Dinas
Tahun Berdiri :
1990
Status Sekolah :
Swasta
Akreditasi :
B
Bangunan Sekolah :
Milik Kodim
Kegiatan Belajar Mengajar : Pagi
Kondisi Tanah Bangunan
a.
Luas Tanah : 10.000 m2
b.
Luas Bangunan : 5.000
m2
Sarana dan Prasarana Sekolah:
Ø Gedung Sekolah
Ø Perpustakaan
Ø Keterampilan Komputer / ICT
Ø Ruang UKS
Ø Mushola
Ø Taman
Bermain
II.
IDENTITAS SISWA
Nama :
Tita Arisky
Umur :
4 tahun
Nama anggota
keluarga :
Ibu : Ren Falah
Kakak : Seto
Yang
mengantar dan menjemput sekolah: Ibu
Nama ibu
guru : Ibu Yanti, S.pd
Nama
teman-teman : Yusuf, Zayan,
Dea
Cita-cita : Guru ngaji
Karakteristik
anak tunanetra:
·
Ciri-ciri
fisik:
-
Kurang
melihat (kabur), tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 m.
- Kesulitan mengambil benda kecil
didekatnya.
-
Tidak dapat
menulis mengikuti garis lurus.
-
Sering
meraba-raba dan tersandung waktu berjalan,
-
Bagian bola
mata bola mata ketengah keduanya.
-
Tidak mampu
melihat.
-
Mata
bergoyang terus
·
Intelektual
Intelektual atau kecerdasan anak
tunanetra umumnya tidak berbeda jauh dengan anak normal/awas. Kecenderungan IQ
anak tunanetra ada pada batas atas sampai batas bawah. Intelegensi mereka
lengkap yakni memiliki kemampuan dedikasi, analogi, asosiasi dan sebagainya.
Mereka juga punya emosi negatif dan positif, seperti sedih, gembira, punya rasa
benci, kecewa, gelisah, bahagia dan sebagainya
·
Sosial
-
Menutup diri
-
Perasaan
mudah marah
-
Curiga
terhadap orang lain
-
Mengenal
orang lewat suara/rabaan
-
Antisipasi
terhadap orang yang pernah mengecewakannya
III.
PELAKSANAAN OBSERVASI
1. Tempat Observasi
a. Nama Sekolah : Sekolah Tk kartika v-27
b. Alamat : Jl. M.alwi
c. Kelurahan : semayap
d. Kecamatan : Pulau laut utara
e. Kabupaten/kota : Kotabaru
2. Waktu Observasi
Kegiatan observasi dilakukan di
Sekolah Tk.kartika v-27, yang dilaksanakan pada hari Senin 1 Nopember mulai
pukul 08.00 hingga pukul 11.00 WIB.
3. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang dijadikan
subjek penelitian adalah siswa yang mengalami gangguan penglihatan (Tuna Netra)
di Sekolah Tk kartika v-27, dengan jumlah siswa sebanyak 10 anak yang terdiri
dari 1 orang siswa. Akan tetapi subjek penelitian kami adalah siswa kelas A
yang bernama Tita Arisky.
4.
Hasil Observasi
Berdasakan hasil observasi yang
telah kami lakukan pada siswa yang mengalami gangguan penglihatan (Tuna Netra)
di Sekolah Tk kartika v-27, di SD tersebut terdapat satu orang siswa yang
mengalami gangguan penglihatan. Di Sekolah Khusus tersebut menerima berbagai
siswa yang mengalami ketunaan, baik itu tunanetra, tunarungu, tunadaksa,
tunagrahita, autis dan lain sebagainya. Namun kami tidak menemukan siswa yang
mengalami tunalaras. Dalam kelas ini proses pembelajaran dilaksanakan secara
umum seperti pada reguler lainnya, namun
ada perbedaan bagi siswa yang mengalami gangguan penglihatan. Metode yang
digunakan adalah metode ceramah yang dipadukan dengan alat peraga supaya siswa
mengetahui konsep yang sebenarnya. Misalnya, pada pelajaran materi guru
menyediakan peta dan globe timbul dan mata pelajaran Matematika menggunakan
peraga geometri seperti bangun ruang (kubus, bola, balok, kerucut, prisma dll).
Kurikulum yang digunakan di Sekolah
Tk kartika v-27adalah KTSP 2006 dan Kurikulum 2013. Pada jenjang pendidikan
dasar (TK) masih menggunakan KTSP dan pada jenjang pendidikan menengah (SD)
menggunakan kurikulum 2013. Kurikulum , strategi pembelajaran, dan evaluasi
pembelajaran yang ada di TK kartika v-27 yang digunakan sama seperti sekolah
pada umumnya, hanya memerlukan modifikasi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan
kemampuan siswa.
Nama siswa berkebutuhan khusus yang
telah kita wawancarai bernama Tita Ariski dia menglami hambatan dalam
penglihatan/tunanetra sejak lahir, Tita berasal dari Sumatera selatan dan
pindah ke Sekolah TK Kartika v-27. Saat pindah ke Tk kartiak v-27 Tita belum
bisa mengenal dan menulis huruf sehingga
Tita diturunkan level pembelajarannya yang lebih rendah, ini dilakukan agar
Tita belajar sesuai dengan kemampuannya.
Tahapan dalam mengajarkan membaca
dan menulis dimulai dari memperkenalkan
angka, tanda baca dan huruf-huruf braile. Mengenalkan posisi buku dimana
letak tepi kanan-kiri maupun atas-bawah sehingga memudahkan dalam membaca
(orientasi atas-bawah). Kemudian memperkenalkan kalimat dalam satu baris, dan
bagaimana cara membaca pada baris berikutnya (pindah baris) yaitu dengan
berpindah baris dengan cara zig-zag. Dalam memperkenalkan huruf-huruf braile awalnya
menggunakan alat yang disebut dengan papan braile. Salah satu bentuk kegiatan
belajar yang dilakukan Tita yaitu menyusun kalimat yang ditulis menggunakan
huruf braile serta menemukan kata-kata yang sulit dipahami.
Kegiatan belajar mengajar (KBM) di Sekolah Tk kartika
V-27 berlangsung selama enam hari dari hari senin-sabtu dari pukul 07.30-11.00
WIB, di STK Kartika V-27 juga di ajarkan orietantasi mobilitas seperti :
·
Berpindah
tempat ( contohnya: mengajarkan cara duduk yang benar dan rapih, menghafal tata letak benda yang ada didalam
ruangan)
·
Bina diri (
mengenal bagian tubuhnya sendiri dan memperhatikan batasan-batasan bagian tubuh
mana yang boleh di sentuh dan tidak
boleh di sentuh oleh orang lain)
·
Melatih
kemandirian siswa ( seperti mencuci, mandi, memasak, mengambil benda milik
pribadi seperti tongkat dan alat tulis nya sendiri)
Alat peraga yang digunakan dalam
proses pembelajaran diantaranya: peraga geometri, mesin ketik Braile, Reglet,
kertas Braille, papan braille dan lain sebagainya. Dalam penulisan huruf
Braille, jika terdapat kesalahan penulisan cukup dengan menekan huruf yang
salah sampai tidak teraba lagi titik-titik huruf Braille tersebut.
Kelemahan dalam proses pembelajaran
yang terjadi di Sekolah TK Kartika V-27 ini adalah:
a) Keterbatasan
tenaga pengajar, sehingga satu guru dapat mengajar dua jenjang kelas dengan
jenis kelainan yang sama;
b) Sulit
menyesuaikan materi pelajaran antara siswa yang satu dengan yang lainnya.
Karena semua siswa tunanetra ditempatkan di satu kelas yang sama. Sedangkan
tenaga pengajar dikelas tersebut hanya satu guru. Hal ini memperlambat proses
belajar karena hanya satu guru yang menangani lima siswa bahkan yang berbeda
jenjang pendidikannya.
Evaluasi
pembelajaran hampir sama dengan sekolah normal hanya saja saat Ujian
menggunakan huruf Braile
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari laporan hasil observasi anak
berkebutuhan khusus yang mengalami hambatan penglihatan (tunanetra) di Sekolah
TK Kartika V-27 Kotabaru, antara lain:
Anak dengan gangguan penglihatan
(Tunanetra) adalah anak yang mengalami gangguan daya penglihataan sedemikian
rupa, sehingga membutuhkan layanan khusus dalam pendidikan maupun
kehidupannya.
Karakteristik anak tunanetra:
· Ciri-ciri
fisik:
-
Kurang
melihat (kabur), tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 m.
-
Kesulitan
mengambil benda kecil didekatnya.
-
Tidak dapat
menulis mengikuti garis lurus.
-
Sering
meraba-raba dan tersandung waktu berjalan,
-
Bagian bola
mata Ketengah Keduanaya.
-
Tidak mampu
melihat.
-
Mata
bergoyang terus
· Intelektual
Intelektual atau kecerdasan anak
tunanetra umumnya tidak berbeda jauh dengan anak normal/awas. Kecenderungan IQ
anak tunanetra ada pada batas atas sampai batas bawah. Intelegensi mereka
lengkap yakni memiliki kemampuan dedikasi, analogi, asosiasi dan sebagainya.
Mereka juga punya emosi negatif dan positif, seperti sedih, gembira, punya rasa
benci, kecewa, gelisah, bahagia dan sebagainya
· Sosial
- Menutup diri
- Perasaan mudah Marah
- Curiga terhadap orang lain
- Mengenal orang lewat suara/rabaan
- Antisipasi terhadap orang yang
pernah mengecewakannya
Kurikulum, strategi pembelajaran dan
evaluasi pembelajaran yang ada di YKAB sama dengan sekolah umum, hanya
memerlukan modifikasi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan peserta
didik.
Evaluasi pembelajaran hampir sama
dengan sekolah normal hanya saja saat Ujian menggunakan huruf Braile.
4.2 Saran
Untuk meningkatkan proses pembelajaran yang optimal di Sekolah
TK Kartika V-27, sarana dan prasarana untuk menunjang proses pembelajaran perlu
ditingkatkan terutama alat peraga bagi tunanetra. Selain itu perlunya
penambahan jumlah tenaga pendidik khususnya untuk guru mengajar siswa
tunanetra, agar kegiatan pembelajaran berjalan lebih efektif.
Komentar
Posting Komentar