TERAPI 0KUPASI DAN TERAPI WICARA



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG MASALAH
Anak yang terlahir dimuka bumi ini memiliki perbedaan karakter dan watak yang ada pada setiap anak, di karenakan adanya rangsangan-rangsangan pembelajaran yang diberikan oleh orangtua sejak ada di dalam kandungan. Ketika memperoleh pendidikannya tidak bisa disamakan antara satu anak dengan anak lainnya, anak yang memiliki kesempurnaan dalam perkembangannya dengan anak yang mengalami gangguan dalam perkembangan atau anak berkebutuhan khusus. Sehingga akan berdampak pada perbedaan dan ketidaksempurnaan saat anak menerima pembelajaran atau materi yang akan disampaikan oleh pendidik.
Pada dasarnya anak berkebutuhan khusus sama halnya dengan anak normal lainnya, mereka juga memiliki potensi yang bisa dikembangkan bahkan potensi tersebut melebihi kemampuan anak normal lainnya. Sehingga agar potensi-potensi yang dimiliki Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dapat berkembang dengan sempurna diperlukan bimbingan, arahan dan pendidikan seperti halnya berupa terapi untuk mereka. Anak berkebutuhan khusus memerlukan adanya pendidikan dan layanan khusus (terapi) bagi mereka agar dapat mengembangkan potensi kemanusiaannya dan kemandiriannya sehingga kelak mereka dapat diterima di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat dipandang sebagai anak normal.
Setiap orang tua pasti menghendaki agar buah hatinya dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan harapan yang diinginkan orangtuanya, baik fisik maupun mental anak, dimana anak usia dini terdapat masa yang disebut masa Golden Age (usia emas) dimana segala aspek perkembangan anak pada masa optimalnya perlu mendapatkan bimbingan guna kelanjutannya dimasa mendatang. Karena diharapkan akan menjadi pijakan dasar bagi anak dalam bertahan hidup, menjadi anak yang mandiri dan sanggup menghadapi tantangan-tantangan hidup dimasa mendatang. Bimbingan dan pendidikan maupun terapi dapat digunakan tidak hanya diberikan oleh pendidik atau pengajar melainkan orangtua juga berperan aktif.
Anak berkebutuhan khusus didefinisikan sebagai anak yang memerlukan pendidikan atau layanan khusus untuk mengembangkan potensi kemanusiaan mereka secara sempurna. Pengertian autis ialah anak yang mengalami gangguan perkembangan berat yang antara lain mempengaruhi cara seseorang untuk berkomunikasi dan berhubungan dengan orang lain. Keterbatasan autis yaitu anak tidak dapat menggunakan otot-ototnya untuk melakukan segala sesuatu. Anak autis perlu diberi penanganan khusus agar anak dapat berlaku layaknya anak normal lainnya. Pentingnya sekolah dan lingkungan sekitar seperti keluarga yaitu anak diajarkan untuk mandiri agar otot-otot tangannya dapat berfungsi normal.
Karakteristik anak autis yang berhubungan dengan motorik kasar diantaranya yaitu anak autis masih kesulitan mempertahankan posisi tubuh tegak. Anak autis dapat mengalami kesulitan dalam menggunakan kedua bagian tubuh pada waktu yang bersamaan dalam aktivitas sehari-hari. Pada motorik halus diantaranya adalah anak autis tidak mampu membuka wadah makanannya sendiri.

B.     RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1.      Apa pengertian terapi okupasi dan terapi wicara untuk anak autis?
2.      Apa saja tujuan dan fungsi terapi okupasi dan terapi wicara?
3.      Apa saja anggota terapi okupasi dan terapi wicara?

C.    TUJUAN MASALAH
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan masalahnya adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui pengertian dari terapi okupasi dan terapi wicara untuk anak autis.
2.      Untuk mengetahui tujuan dan fungsi terapi okupasi dan terapi wicara.
3.      Untuk mengetahui anggota terapi okupasi dan terapi wicara.





BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN TERAPI OKUPASI DAN TERAPI WICARA UNTUK ANAK AUTIS
1.      Pengertian Terapi Okupasi
Terapi kerja atau terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan partisipasi seseorang untuk   melaksanakan   tugas   tertentu   yang   telah   ditetapkan.   Terapi   ini   berfokus   pada pengenalan kemampuan yang masih ada pada seseorang, pemeliharaan dan peningkatan bertujuan untuk membentuk seseorang agar mandiri, tidak tergantung pada pertolongan orang lain (Riyadi dan Purwanto, 2009).
Terapi Okupasi/terapi kerja adalah salah satu jenis terapi kesehatan yang merupakan proses penyembuhan melalui aktivitas. Aktivitas yang dikerjakan tidak hanya sekedar membuat sibuk pasien, melainkan aktivitas fungsional yang mengandung efek terapetik dan bermanfaat bagi pasien. Artinya aktivitas yang langsung diaplikasikan dalam kehidupan.. Penekanan terapi   ini   adalah   pada   sensomotorik   dan   proses   neurologi   dengan   cara   memanipulasi, memfasilitasi dan menginhibisi lingkungan, sehingga tercapai peningkatan, perbaikan dan pemeliharaan   kemampuan   dan   pekerjaan   atau   kegiatan   digunakan   sebgai   terapi   serta mempunyai tujuan yang jelas.
Pada terapi okupasi, pasien/ anak tidak sadar bahwa ia sedang melakukan aktivitas/ kegiatan atau pekerjaan untuk suatu tujuan, karena dilakukan dengan cara yang menyenangkan, bermain sambil belajar.
Dari semua hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa perkerjaan sangat bermanfaat bagi perkembangan fisik dan jiwa seseorang. Aktivitas yang dikerjakan tidak hanya sekedar membuat sibuk pasien, melainkan aktivitas fungsional yang mengandung efek terapetik dan bermanfaat bagi pasien. Artinya aktivitas yang dapat langsung diaplikasikan dalam kehidupannya sehari-hari.
2.      Pengertian Terapi Wicara
Terapi wicara adalah terapi yang dilakukan untuk membantu anak autis supaya mereka bisa berbicara dan juga bisa menyampaikan apa yang mereka maksud. Terapi wicara mencoba membantu anak untuk belajar berkomunikasi dengan baik sehingga orang lain ataupun dirinya sendiri bisa mengerti apa yang dimaksud ketika saling berkomunikasi. Jika terapi perilaku lebih mengatasi dan membantu anak untuk mengontrol dirinya, berbeda dengan terapi wicara. Terapi wicara ini memiliki bidang sempit dan hanya fokus kepada bagaimana cara supaya anak bisa berbicara dan berkomunikasi dengan orang lain. Biasanya terapi wicara dan terapi perilaku ini bisa dilakukan secara bertahap supaya anak bisa berkembang dengan baik.

B.     TUJUAN DAN FUNGSI TERAPI OKUPASI DAN TERAPI WICARA
1.      Tujuan dan Fungsi Terapi Okupasi
Adapun tujuan terapi okupasi menurut Riyadi dan Purwanto (2009), adalah:
a.       Terapi khusus untuk pasien mental/ jiwa
-          Menciptakan suatu kondisi tertentu sehingga pasien dapat mengembangkan kemampuannya untuk dapat berhubungan dengan orang lain dan masyarakat sekitarnya.
-          Membantu dalam melampiaskan gerakan-gerakan emosi secara wajar dan produktif.
-          Membantu menemukan kemampuan kerja yang sesuai dengan bakat dan keadaannya.
-          Membantu dalam pengumpulan data guna penegakan diagnose dan penetapan terapi lainnya.
b.      Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi fisik, meningkatkan ruang gerak sendi, kekuatan otot dan koordinasi gerakan.
c.       Mengajarkan aktivitas kehidupan sehari-hari seperti makan, berpakaian, belajar menggunakan fasilitas umum (telpon, televisi, dan lain-lain), baik dengan maupun tanpa alat bantu, mandi yang bersih, dan lain-lain.
d.      Membantu pasien untuk menyesuaikan diri dengan pekerjaan rutin di rumahnya, dan memberi saran penyederhanaan (simplifikasi) ruangan maupun letak alat-alat kebutuhan sehari-hari.
e.       Meningkatkan toleransi kerja, memelihara dan meningkatkan kemampuan yang masih ada.
f.       Menyediakan berbagai macam kegiatan untuk dijajaki oleh pasien sebagai langkah dalam pre-vocational training. Dari aktivitas ini akan dapat diketahui kemampuan mental dan fisik, kebiasaan kerja, sosialisasi, minat, potensi dan lain-lainnya dari si pasien dalam mengarahkannya ke pekerjaan yang tepat dalam latihan kerja.
g.      Membantu penderita untuk menerima kenyataan dan menggunakan waktu selama masa rawat dengan berguna.
h.      Mengarahkan minat dan hobi agar dapat digunakan setelah kembali ke keluarga.

Menurut Djunaedi & Yitnarmuti (2001) fungsi terapi okupasi adalah sebagai berikut:
a.       Sebagai perlakuan psikiatri yang spesifik untuk membangun kesempatan-kesempatan demi hubungan yang lebih memuaskan, membantu pelepasan, atau sublimasi dorongan (drive) emosional, sebagai suatu alat diagnostik.
b.      Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi fisik, meningkatkan ruang gerak sendi, kekuatan otot, dan koordinasi gerakan.
c.       Mengajarkan aktivitas kehidupan sehari-hari seperti makan, berpakaian, belajar menggunakan fasilitas umum (telepon, televisi, dan lain-lain), baik dengan maupun tanpa alat bantu, mandi yang bersih, dan lain-lain.
d.      Membantu pasien untuk menyesuaikan diri dengan pekerjaan rutin di rumahnya dan memberi saran penyederhanaan (siplifikasi) ruangan maupun letak alat-alat kebutuhan sehari-hari.
e.       Meningkatkan toleransi kerja, memelihara, dan meningkatkan kemampuan yang masih ada.
f.       Eksplorasi prevokasional untuk memastikan kemampuan fisik dan mental pasien, penyesuaian sosial, dan ketertarikan, kebiasaan-kebiasaan kerja, keterampilan, dan potensial untuk dipekerjakan.
g.      Sebagai suatu ukuran suportif dalam membantu pasien untuk menerima suatu periode kesembuhan atau masuk rumah sakit dalam jangka waktu yang lama.
h.      Mengarahkan minat dan hobi agar dapat digunakan.

2.      Tujuan dan Fungsi Terapi Wicara
Terapi wicara memiliki tujuan untuk membantu mengembang si anak dalam cara berkomunikasinya dengan orang lain. Namun tidak hanya itu saja, terapi wicara ini memiliki beberapa tujuan lainnya. Untuk orang tua yang ingin mengikutkan anaknya terapi wicara terlebih dahulu harus mengetahui apa sih sebenarnya tujuan dari terapi wicara? Berikut adalah tujuan dari terapi wicara untuk anak autis :
a.       Karena anak autis cenderung sulit untuk berbicara dengan jelas, maka dengan terapi wicara ini akan membantu anak belajar untuk berbicara sehingga ia bisa berbicara dan berkomunikasi dengan artikulasi yang jelas sehingga orang lain bisa memahaminya dengan mudah. cara mengatasi anak autis ringan – Cara mendidik anak hiperakif)
b.      Karena ia akan sulit menerima apa yang orang lain katakan, maka ia akan kesulitan ketika diajak orang lain untuk berkomunikasi. Dengan terapi wicara ini maka anak akan bisa memahami maskud orang tuanya atau orang lain dengan mudah.
c.       Biasanya anak autis berbicara dengan tidak jelas dan beberapa orang akan tidak paham apa yang ia katakan dan ia maksud, dengan mengikuti terapi wicara diharapkan anak bisa berbicara dengan bahasa yang baik dan benar.
d.      Membantu anak supaya dia bisa berkomunikasi dengan teman sebayanya dan dengan begitu maka dia bisa berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya.

C.    ANGGOTA TERAPI OKUPASI DAN TERAPI WICARA
1.      Anggota Terapi Okupasi
-          Perorangan : terapi yang dilakukan secara individual. Hal ini dapat terjadi karena anak yang masih sulit beradaptasi dengan lingkungannya atau kurang kooperatif.
-          Kelompok : terapi yang dilakukan secara bersamaan dengan kegiatan yang membuat perlu adanya kebersamaan
Menurut Creek (2003) okupasi terapi bergerak pada tiga area, atau yang biasa disebut dengan occupational performance yaitu, activity of daily living (perawatan diri), productivity (kerja), dan leisure (pemanfaatan waktu luang).
Bagaimanapun setiap individu yang hidup memerlukan ketiga komponen tersebut. Individu-individu tersebut perlu melakukan perawatan diri seperti aktivitas makan, mandi, berpakaian, berhias, dan sebagainya tanpa memerlukan bantuan dari orang lain. Individu juga perlu bekerja untuk bisa mempertahankan hidup dan mendapat kepuasan atau makna dalam hidupnya.
Selain itu, penting juga dalam kegiatan refresing, penyaluran hobi, dan pemanfaatan waktu luang untuk melakukan aktivitas yang bermanfaat disela-sela kepenatan bekerja. Semua itu terangkum dalam terapi okupasi yang bertujuan mengembalikan fungsi individu agar menemukan kembali makna atau arti hidup meski telah mengalami gangguan fisik atau mental.
Lebih lanjut, Jenis terapi okupasi menurut Rogers & Holm (2004) dan Creek (2003) yaitu:
a.       Aktivitas Sehari-hari
Aktivitas sehari-hari atau yang dikenal sebagai Activity of Daily Living adalah aktivitas yang ditujukan untuk merawat diri yang juga disebut Basic Activities of Daily Living atau Personal Activities of Daily Living terdiri dari: kebutuhan dasar fisik (makan, cara makan,kemampuan berpindah, merawat benda pribadi, tidur, buang air besar, mandi, dan menjaga kebersihan pribadi) dan fungsi kelangsungan hidup (memasak, berpakaian, berbelanja, dan menjaga lingkungan hidup seseorang agar tetap sehat).
b.      Pekerjaan
Kerja adalah kegiatan produktif, baik dibayar atau tidak dibayar. Pekerjaan di mana seseorang menghabiskan sebagian besar waktunya biasanya menjadi bagian penting dari identitas pribadi dan peran sosial, memberinya posisinya dalam masyarakat, dan rasa nilai sendiri sebagai anggotayang ikut berperan.
Pekerjaan yang berbeda diberi nilai-nilai sosial yang berbeda padamasyarakat. Termasuk aktivitas yang diperlukan untuk dilibatkan pada pekerjaan yangmenguntungkan/ menghasilkan atau aktivitas sukarela seperti minat pekerjaan, mencari pekerjaan dan kemahiran, tampilan pekerjaan, persiapan pengunduran dan penyesuaian,partisipasi sukarela, relawan sukarela.
c.       Waktu Luang
Aktivitas mengisi waktu luang adalah aktivitas yang dilakukan pada waktu luang yang bermotivasi dan memberikan kegembiraan, hiburan, serta mengalihkan perhatian pasien.Aktivitas tidak wajib yang pada hakekatnya kebebasan beraktivitas. Adapun jenis-jenis aktivitas waktu luang seperti menjelajah waktu luang (mengidentifikasi minat, keterampilan, kesempatan,dan aktivitas waktu luang yang sesuai) dan partisipasi waktu luang (merencanakan dan berpatisipasi dalam aktivitas waktu luang yang sesuai, mengatur keseimbangan waktu luang dengan kegiatan yang lainnya, dan memperoleh, memakai, dan mengatur peralatan dan barang yang sesuai).
2.      Anggota Terapi Wicara
a.      Artikulasi
Poin pertama yang menjadi fokus adalah artikulasi ketika anak berbicara. Anak autis memang bisa berbicara, namun artikulasi mereka tidak jelas dan akan sulit untuk di dengarkan. Ini karena ada gangguan pada saraf mereka sehingga mereka akan kesulitan berbicara menggunakan artikulasi jelas. Terapis pun akan membantu anak Anda untuk belajar mengucapkan kata-kata dengan jelas sehingga jika diajak berbicara pun jelas. Jika artikulasinya jelas maka dia akan mudah untuk berkomunikasi.
b.      Menggunakan bahasa yang benar dan juga baik
Anak yang memiliki autis biasanya sulit berbicara dan berkomunikasi dengan orang lain, maka dari itu terapis juga menekankan supaya sang anak bisa belajar menggunakan bahasa yang benar dan juga baik. Di tahap ini terapis akan mencoba mengajari anak Anda beberapa kosakata yang mudah di tangkapnya mungkin beserta gerakan atau pelafalan mulut yang jelas supaya anak bisa memahami bahasa yang baik dan juga benar.
c.       Intonasi
Intonasi berbicara anak juga menjadi salah satu perhatian penting dari terapis untuk anak autis. Jika mungkin anak Anda berbicaranya terlalu cepat atau lambat maka sang terapis akan membantu anak untuk memiliki intonasi yang tepat dan pas ketika ia berkomunikasi dengan orang lain
d.      Memahami maksud dari orang lain
Supaya ia berkomunikasi dengan orang lain dengan baik, tentu saja ia harus mengetahui apa yang disampaikan orang itu atau harus mengerti apa yang orang lain katakan padanya. Maka dari itu poin ini sangatlah penting untuk ditekankan, terapis akan membantu anak Anda untuk belajar bagaimana supaya ia mengerti maksud dari orang lain.


e.       Kelancaran
Terapis juga akan melatih anak Anda untuk berbicara berulang-ulang dan terus melatihnya hingga ia bisa berbicara dengan lancar sehingga setelah mengikuti terapi wicara ia bisa lancar berkomunikasi dengan orang lain. Konsentrasi saat berbicara dengan terapis juga harus diperhatikan. Cara ini bisa diulangi oleh orang tua secara mandiri di rumah.
f.       Boneka tangan
Karena anak masih kecil tentu saja ia akan lebih tertarik dan mudah memahami jika apa yang diajarkan padanya menggunakan media yang menyenangkan. Biasanya supaya pelajaran ini menjadi menyenangkan dan menghibur maka para terapis menggunakan media boneka tangan sebagai media untuk mengajarkan verbal yang baik kepada anak Anda.
g.      Bersiul
Mungkin Anda bingung kenapa menggunakan metode bersiul untuk mengajar kepada anak Anda? Namun dengan menggunakan metode bersiul ini akan meningkatkan penguasaan otot-otot tenggorokan, mulut, dan lidah anak. Maka para terapis akan mengajarkan anak Anda untuk bersiul supaya menguatkan otot-ototnya menjadi lebih kuat dan ia menjadi mudah berbicara dan berkomunikasi.
h.      Kartu bergambar
Para terapis akan menggunakan kartu bergambar untuk membuat anak belajar berbicara, biasanya terapis akan menyediakan kartu bergambar dan ia akan menyebutkan nama benda itu kemudian menyuruh anak Anda untuk mengulanginya. Hal ini akan dilakukan berulang-ulang hingga anak bisa mengucapkan nama itu dengan pelafalan yang baik. 
i.        Permainan verbal
Para terapis juga akan menggunakan metode yang satu ini yaitu permainan verbal. Sebisa mungkin para terapis akan membuat anak Anda untuk berlatih berbicara dengan jelas dengan menggunakan cara yang menyenangkan supaya anak menjadi tidak cepat bosan.


BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Terapi kerja atau terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan partisipasi seseorang untuk   melaksanakan   tugas   tertentu   yang   telah   ditetapkan.   Terapi   ini   berfokus   pada pengenalan kemampuan yang masih ada pada seseorang, pemeliharaan dan peningkatan bertujuan untuk membentuk seseorang agar mandiri, tidak tergantung pada pertolongan orang lain (Riyadi dan Purwanto, 2009).
Terapi wicara adalah terapi yang dilakukan untuk membantu anak autis supaya mereka bisa berbicara dan juga bisa menyampaikan apa yang mereka maksud. Terapi wicara mencoba membantu anak untuk belajar berkomunikasi dengan baik sehingga orang lain ataupun dirinya sendiri bisa mengerti apa yang dimaksud ketika saling berkomunikasi.
Adapun tujuan terapi okupasi menurut Riyadi dan Purwanto (2009), adalah:
1.      Terapi khusus untuk pasien mental/ jiwa;
2.      Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi fisik, meningkatkan ruang gerak sendi, kekuatan otot dan koordinasi gerakan;
3.      Mengajarkan aktivitas kehidupan sehari-hari seperti makan, berpakaian, belajar menggunakan fasilitas umum (telpon, televisi, dan lain-lain), baik dengan maupun tanpa alat bantu, mandi yang bersih, dan lain-lain;
4.      Membantu pasien untuk menyesuaikan diri dengan pekerjaan rutin di rumahnya, dan memberi saran penyederhanaan (simplifikasi) ruangan maupun letak alat-alat kebutuhan sehari-hari;
5.      Meningkatkan toleransi kerja, memelihara dan meningkatkan kemampuan yang masih ada;
6.      Menyediakan berbagai macam kegiatan untuk dijajaki oleh pasien sebagai langkah dalam pre-vocational training;
7.      Membantu penderita untuk menerima kenyataan dan menggunakan waktu selama masa rawat dengan berguna;
8.      Mengarahkan minat dan hobi agar dapat digunakan setelah kembali ke keluarga.

Berikut adalah tujuan dari terapi wicara untuk anak autis :
1.      Karena anak autis cenderung sulit untuk berbicara dengan jelas, maka dengan terapi wicara ini akan membantu anak belajar untuk berbicara sehingga ia bisa berbicara dan berkomunikasi dengan artikulasi yang jelas sehingga orang lain bisa memahaminya dengan mudah;
2.      Karena ia akan sulit menerima apa yang orang lain katakan, maka ia akan kesulitan ketika diajak orang lain untuk berkomunikasi;
3.      Biasanya anak autis berbicara dengan tidak jelas dan beberapa orang akan tidak paham apa yang ia katakan dan ia maksud, dengan mengikuti terapi wicara diharapkan anak bisa berbicara dengan bahasa yang baik dan benar;
4.      Membantu anak supaya dia bisa berkomunikasi dengan teman sebayanya dan dengan begitu maka dia bisa berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya.
Ada beberapa anggota yang dipakai dalam terapi okupasi, yaitu adalah sebagai berikut:
-          Perorangan : terapi yang dilakukan secara individual. Hal ini dapat terjadi karena anak yang masih sulit beradaptasi dengan lingkungannya atau kurang kooperatif.
-          Kelompok : terapi yang dilakukan secara bersamaan dengan kegiatan yang membuat perlu adanya kebersamaan.
Berbeda dengan terapi okupasi, dalam terapi wicara ada 9 anggota terapi yang dipakai dalam terapi wicara, yaitu diantaranya:
1.      Artikulasi
2.      Menggunakan bahasa yang benar dan juga baik
3.      Intonasi
4.      Memahami maksud dari orang lain
5.      Kelancaran
6.      Boneka tangan
7.      Bersiul
8.      Kartu bergambar
9.      Permainan verbal



B.     SARAN-SARAN
Penyelenggaraan sekolah inklusif harus terus dikembangkan demi memberikan ruang gerak, ruang belajar terutama bagi anak-anak berkebutuhan khusus agar mereka tidak dipandang sebelah mata lagi. Untuk itu pemerintah harus memperhatikan betul, apa saja kebutuhan mereka, baik dari sarana dan prasarana maupun guru pembimbing untuk mereka. Saya berharap sekali pemerintah beserta kaum pemerhati pendidikan untuk terus memberikan yang terbaik bagi dunia pendidikan tanpa membedakan siswa yang normal maupun siswa berkebutuhan khusus.

DAFTAR PUSTAKA

Komentar

Postingan populer dari blog ini

OBSERVASI ANAK ADHD

PERAN MASYARAKAT SEKOLAH DALAM MERANGSANG KREATIFITAS DAN BAKAT ANAK

TERAPI ABA PADA ANAK AUTIS