TERAPI 0KUPASI DAN TERAPI WICARA
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Anak
yang terlahir dimuka bumi ini memiliki perbedaan karakter dan watak yang ada
pada setiap anak, di karenakan adanya rangsangan-rangsangan pembelajaran yang
diberikan oleh orangtua sejak ada di dalam kandungan. Ketika memperoleh
pendidikannya tidak bisa disamakan antara satu anak dengan anak lainnya, anak
yang memiliki kesempurnaan dalam perkembangannya dengan anak yang mengalami
gangguan dalam perkembangan atau anak berkebutuhan khusus. Sehingga akan
berdampak pada perbedaan dan ketidaksempurnaan saat anak menerima pembelajaran
atau materi yang akan disampaikan oleh pendidik.
Pada
dasarnya anak berkebutuhan khusus sama halnya dengan anak normal lainnya,
mereka juga memiliki potensi yang bisa dikembangkan bahkan potensi tersebut
melebihi kemampuan anak normal lainnya. Sehingga agar potensi-potensi yang
dimiliki Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dapat berkembang dengan sempurna
diperlukan bimbingan, arahan dan pendidikan seperti halnya berupa terapi untuk
mereka. Anak berkebutuhan khusus memerlukan adanya pendidikan dan layanan
khusus (terapi) bagi mereka agar dapat mengembangkan potensi kemanusiaannya dan
kemandiriannya sehingga kelak mereka dapat diterima di tengah-tengah kehidupan
bermasyarakat dipandang sebagai anak normal.
Setiap
orang tua pasti menghendaki agar buah hatinya dapat tumbuh dan berkembang
sesuai dengan harapan yang diinginkan orangtuanya, baik fisik maupun mental
anak, dimana anak usia dini terdapat masa yang disebut masa Golden Age (usia emas) dimana segala
aspek perkembangan anak pada masa optimalnya perlu mendapatkan bimbingan guna
kelanjutannya dimasa mendatang. Karena diharapkan akan menjadi pijakan dasar
bagi anak dalam bertahan hidup, menjadi anak yang mandiri dan sanggup
menghadapi tantangan-tantangan hidup dimasa mendatang. Bimbingan dan pendidikan
maupun terapi dapat digunakan tidak hanya diberikan oleh pendidik atau pengajar
melainkan orangtua juga berperan aktif.
Anak
berkebutuhan khusus didefinisikan sebagai anak yang memerlukan pendidikan atau
layanan khusus untuk mengembangkan potensi kemanusiaan mereka secara sempurna.
Pengertian autis ialah anak yang mengalami gangguan perkembangan berat yang
antara lain mempengaruhi cara seseorang untuk berkomunikasi dan berhubungan
dengan orang lain. Keterbatasan autis yaitu anak tidak dapat menggunakan
otot-ototnya untuk melakukan segala sesuatu. Anak autis perlu diberi penanganan
khusus agar anak dapat berlaku layaknya anak normal lainnya. Pentingnya sekolah
dan lingkungan sekitar seperti keluarga yaitu anak diajarkan untuk mandiri agar
otot-otot tangannya dapat berfungsi normal.
Karakteristik
anak autis yang berhubungan dengan motorik kasar diantaranya yaitu anak autis
masih kesulitan mempertahankan posisi tubuh tegak. Anak autis dapat mengalami
kesulitan dalam menggunakan kedua bagian tubuh pada waktu yang bersamaan dalam
aktivitas sehari-hari. Pada motorik halus diantaranya adalah anak autis tidak
mampu membuka wadah makanannya sendiri.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Dari latar belakang masalah di
atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1.
Apa pengertian terapi okupasi dan terapi
wicara untuk anak autis?
2.
Apa saja tujuan dan fungsi terapi
okupasi dan terapi wicara?
3.
Apa saja anggota terapi okupasi dan
terapi wicara?
C.
TUJUAN
MASALAH
Dari rumusan masalah di atas, maka
tujuan masalahnya adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui pengertian dari terapi
okupasi dan terapi wicara untuk anak autis.
2.
Untuk mengetahui tujuan dan fungsi
terapi okupasi dan terapi wicara.
3.
Untuk mengetahui anggota terapi okupasi
dan terapi wicara.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
TERAPI OKUPASI DAN TERAPI WICARA UNTUK ANAK AUTIS
1.
Pengertian
Terapi Okupasi
Terapi kerja atau terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni
pengarahan partisipasi seseorang untuk melaksanakan
tugas tertentu yang telah ditetapkan. Terapi ini berfokus pada pengenalan kemampuan yang masih
ada pada seseorang, pemeliharaan dan peningkatan bertujuan untuk membentuk
seseorang agar mandiri, tidak tergantung pada pertolongan orang lain (Riyadi
dan Purwanto, 2009).
Terapi Okupasi/terapi kerja adalah
salah satu jenis terapi kesehatan yang merupakan proses penyembuhan melalui
aktivitas. Aktivitas yang dikerjakan tidak hanya sekedar membuat sibuk pasien,
melainkan aktivitas fungsional yang mengandung efek terapetik dan bermanfaat
bagi pasien. Artinya aktivitas yang langsung diaplikasikan dalam kehidupan..
Penekanan terapi ini adalah pada sensomotorik dan proses neurologi dengan cara memanipulasi,
memfasilitasi dan menginhibisi lingkungan, sehingga tercapai peningkatan,
perbaikan dan pemeliharaan kemampuan dan pekerjaan atau kegiatan digunakan sebgai terapi serta mempunyai tujuan yang jelas.
Pada terapi okupasi, pasien/ anak
tidak sadar bahwa ia sedang melakukan aktivitas/ kegiatan atau pekerjaan untuk
suatu tujuan, karena dilakukan dengan cara yang menyenangkan, bermain sambil
belajar.
Dari semua hal tersebut maka dapat
dikatakan bahwa perkerjaan sangat bermanfaat bagi perkembangan fisik dan jiwa
seseorang. Aktivitas yang dikerjakan tidak hanya sekedar membuat sibuk pasien,
melainkan aktivitas fungsional yang mengandung efek terapetik dan bermanfaat
bagi pasien. Artinya aktivitas yang dapat langsung diaplikasikan dalam
kehidupannya sehari-hari.
2.
Pengertian
Terapi Wicara
Terapi wicara adalah terapi yang dilakukan untuk membantu
anak autis supaya mereka bisa berbicara dan juga bisa menyampaikan apa yang
mereka maksud. Terapi wicara mencoba membantu anak untuk belajar berkomunikasi
dengan baik sehingga orang lain ataupun dirinya sendiri bisa mengerti apa yang
dimaksud ketika saling berkomunikasi. Jika terapi perilaku lebih mengatasi dan
membantu anak untuk mengontrol dirinya, berbeda dengan terapi wicara. Terapi
wicara ini memiliki bidang sempit dan hanya fokus kepada bagaimana cara supaya
anak bisa berbicara dan berkomunikasi dengan orang lain. Biasanya terapi wicara
dan terapi perilaku ini bisa dilakukan secara bertahap supaya anak bisa
berkembang dengan baik.
B.
TUJUAN DAN FUNGSI TERAPI OKUPASI DAN
TERAPI WICARA
1.
Tujuan dan Fungsi Terapi
Okupasi
Adapun tujuan terapi okupasi menurut Riyadi dan Purwanto
(2009), adalah:
a. Terapi khusus untuk pasien mental/ jiwa
-
Menciptakan suatu
kondisi tertentu sehingga pasien dapat mengembangkan kemampuannya untuk dapat
berhubungan dengan orang lain dan masyarakat sekitarnya.
-
Membantu dalam
melampiaskan gerakan-gerakan emosi secara wajar dan produktif.
-
Membantu
menemukan kemampuan kerja yang sesuai dengan bakat dan keadaannya.
-
Membantu
dalam pengumpulan data guna penegakan diagnose dan penetapan terapi lainnya.
b. Terapi khusus untuk mengembalikan
fungsi fisik, meningkatkan ruang gerak sendi, kekuatan otot dan koordinasi
gerakan.
c. Mengajarkan aktivitas kehidupan
sehari-hari seperti makan, berpakaian, belajar menggunakan fasilitas umum
(telpon, televisi, dan lain-lain), baik dengan maupun tanpa alat bantu, mandi
yang bersih, dan lain-lain.
d. Membantu pasien untuk menyesuaikan
diri dengan pekerjaan rutin di rumahnya, dan memberi saran penyederhanaan
(simplifikasi) ruangan maupun letak alat-alat kebutuhan sehari-hari.
e. Meningkatkan toleransi kerja,
memelihara dan meningkatkan kemampuan yang masih ada.
f. Menyediakan berbagai macam kegiatan
untuk dijajaki oleh pasien sebagai langkah dalam pre-vocational training. Dari aktivitas ini akan dapat
diketahui kemampuan mental dan fisik, kebiasaan kerja, sosialisasi, minat,
potensi dan lain-lainnya dari si pasien dalam mengarahkannya ke pekerjaan yang
tepat dalam latihan kerja.
g. Membantu penderita untuk menerima
kenyataan dan menggunakan waktu selama masa rawat dengan berguna.
h. Mengarahkan minat dan hobi agar
dapat digunakan setelah kembali ke keluarga.
Menurut Djunaedi & Yitnarmuti (2001) fungsi terapi okupasi
adalah sebagai berikut:
a. Sebagai perlakuan psikiatri yang
spesifik untuk membangun kesempatan-kesempatan demi hubungan yang lebih
memuaskan, membantu pelepasan, atau sublimasi dorongan (drive) emosional,
sebagai suatu alat diagnostik.
b. Terapi khusus untuk mengembalikan
fungsi fisik, meningkatkan ruang gerak sendi, kekuatan otot, dan koordinasi
gerakan.
c. Mengajarkan aktivitas kehidupan
sehari-hari seperti makan, berpakaian, belajar menggunakan fasilitas umum
(telepon, televisi, dan lain-lain), baik dengan maupun tanpa alat bantu, mandi
yang bersih, dan lain-lain.
d. Membantu pasien untuk menyesuaikan
diri dengan pekerjaan rutin di rumahnya dan memberi saran penyederhanaan
(siplifikasi) ruangan maupun letak alat-alat kebutuhan sehari-hari.
e. Meningkatkan toleransi kerja,
memelihara, dan meningkatkan kemampuan yang masih ada.
f. Eksplorasi prevokasional untuk
memastikan kemampuan fisik dan mental pasien, penyesuaian sosial, dan
ketertarikan, kebiasaan-kebiasaan kerja, keterampilan, dan potensial untuk
dipekerjakan.
g. Sebagai suatu ukuran suportif dalam
membantu pasien untuk menerima suatu periode kesembuhan atau masuk rumah sakit
dalam jangka waktu yang lama.
h. Mengarahkan minat dan hobi agar
dapat digunakan.
2. Tujuan dan Fungsi Terapi Wicara
Terapi
wicara memiliki tujuan untuk membantu mengembang si anak dalam cara
berkomunikasinya dengan orang lain. Namun tidak hanya itu saja, terapi wicara
ini memiliki beberapa tujuan lainnya. Untuk orang tua yang ingin mengikutkan
anaknya terapi wicara terlebih dahulu harus mengetahui apa sih sebenarnya
tujuan dari terapi wicara? Berikut adalah tujuan dari terapi wicara untuk anak
autis :
a.
Karena anak autis cenderung sulit untuk
berbicara dengan jelas, maka dengan terapi wicara ini akan membantu anak
belajar untuk berbicara sehingga ia bisa berbicara dan berkomunikasi dengan
artikulasi yang jelas sehingga orang lain bisa memahaminya dengan mudah. cara
mengatasi anak autis ringan – Cara
mendidik anak hiperakif)
b.
Karena ia akan sulit menerima apa yang
orang lain katakan, maka ia akan kesulitan ketika diajak orang lain untuk
berkomunikasi. Dengan terapi wicara ini maka anak akan bisa memahami maskud
orang tuanya atau orang lain dengan mudah.
c.
Biasanya anak autis berbicara dengan
tidak jelas dan beberapa orang akan tidak paham apa yang ia katakan dan ia
maksud, dengan mengikuti terapi wicara diharapkan anak bisa berbicara dengan
bahasa yang baik dan benar.
d.
Membantu anak supaya dia bisa
berkomunikasi dengan teman sebayanya dan dengan begitu maka dia bisa
berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya.
C.
ANGGOTA TERAPI OKUPASI DAN TERAPI
WICARA
1. Anggota Terapi Okupasi
-
Perorangan : terapi yang dilakukan
secara individual. Hal ini dapat terjadi karena anak yang masih sulit
beradaptasi dengan lingkungannya atau kurang kooperatif.
-
Kelompok : terapi yang dilakukan secara
bersamaan dengan kegiatan yang membuat perlu adanya kebersamaan
Menurut Creek (2003)
okupasi terapi bergerak pada tiga area, atau yang biasa disebut dengan
occupational performance yaitu, activity of daily living (perawatan diri),
productivity (kerja), dan leisure (pemanfaatan waktu luang).
Bagaimanapun setiap
individu yang hidup memerlukan ketiga komponen
tersebut. Individu-individu tersebut perlu melakukan perawatan diri
seperti aktivitas makan, mandi, berpakaian, berhias, dan sebagainya tanpa
memerlukan bantuan dari orang lain. Individu juga perlu bekerja untuk bisa
mempertahankan hidup dan mendapat kepuasan atau makna dalam hidupnya.
Selain itu, penting
juga dalam kegiatan refresing, penyaluran hobi, dan pemanfaatan waktu
luang untuk melakukan aktivitas yang bermanfaat disela-sela kepenatan
bekerja. Semua itu terangkum dalam terapi okupasi yang bertujuan
mengembalikan fungsi individu agar menemukan kembali makna atau arti hidup
meski telah mengalami gangguan fisik atau mental.
Lebih lanjut, Jenis terapi okupasi
menurut Rogers & Holm (2004) dan Creek (2003) yaitu:
a. Aktivitas
Sehari-hari
Aktivitas sehari-hari atau yang dikenal
sebagai Activity of Daily Living adalah
aktivitas yang ditujukan untuk merawat diri yang juga disebut Basic
Activities of Daily Living atau Personal Activities of Daily Living
terdiri dari: kebutuhan dasar fisik (makan, cara makan,kemampuan
berpindah, merawat benda pribadi, tidur, buang air besar, mandi, dan
menjaga kebersihan pribadi) dan fungsi kelangsungan hidup
(memasak, berpakaian, berbelanja, dan menjaga lingkungan
hidup seseorang agar tetap sehat).
b. Pekerjaan
Kerja adalah kegiatan produktif, baik
dibayar atau tidak dibayar. Pekerjaan di mana seseorang menghabiskan
sebagian besar waktunya biasanya menjadi bagian penting dari identitas
pribadi dan peran sosial, memberinya posisinya dalam masyarakat, dan
rasa nilai sendiri sebagai anggotayang ikut berperan.
Pekerjaan yang berbeda diberi nilai-nilai
sosial yang berbeda padamasyarakat. Termasuk aktivitas
yang diperlukan untuk dilibatkan pada pekerjaan yangmenguntungkan/
menghasilkan atau aktivitas sukarela seperti minat pekerjaan,
mencari pekerjaan dan kemahiran, tampilan pekerjaan, persiapan pengunduran
dan penyesuaian,partisipasi sukarela, relawan sukarela.
c. Waktu
Luang
Aktivitas mengisi waktu luang adalah
aktivitas yang dilakukan pada waktu luang yang bermotivasi
dan memberikan kegembiraan, hiburan, serta mengalihkan perhatian
pasien.Aktivitas tidak wajib yang pada hakekatnya kebebasan
beraktivitas. Adapun jenis-jenis aktivitas waktu luang
seperti menjelajah waktu luang (mengidentifikasi minat, keterampilan,
kesempatan,dan aktivitas waktu luang yang sesuai) dan partisipasi waktu
luang (merencanakan dan berpatisipasi dalam aktivitas waktu luang
yang sesuai, mengatur keseimbangan waktu luang dengan kegiatan yang
lainnya, dan memperoleh, memakai, dan mengatur peralatan dan barang
yang sesuai).
2. Anggota Terapi Wicara
a. Artikulasi
Poin pertama yang menjadi fokus
adalah artikulasi ketika anak berbicara. Anak autis memang bisa berbicara,
namun artikulasi mereka tidak jelas dan akan sulit untuk di dengarkan. Ini
karena ada gangguan pada saraf mereka sehingga mereka akan kesulitan berbicara
menggunakan artikulasi jelas. Terapis pun akan membantu anak Anda untuk belajar
mengucapkan kata-kata dengan jelas sehingga jika diajak berbicara pun jelas.
Jika artikulasinya jelas maka dia akan mudah untuk berkomunikasi.
b. Menggunakan bahasa yang benar dan
juga baik
Anak yang memiliki autis biasanya
sulit berbicara dan berkomunikasi dengan orang lain, maka dari itu terapis juga
menekankan supaya sang anak bisa belajar menggunakan bahasa yang benar dan juga
baik. Di tahap ini terapis akan mencoba mengajari anak Anda beberapa kosakata
yang mudah di tangkapnya mungkin beserta gerakan atau pelafalan mulut yang
jelas supaya anak bisa memahami bahasa yang baik dan juga benar.
c. Intonasi
Intonasi berbicara anak juga menjadi
salah satu perhatian penting dari terapis untuk anak autis. Jika mungkin anak
Anda berbicaranya terlalu cepat atau lambat maka sang terapis akan membantu
anak untuk memiliki intonasi yang tepat dan pas ketika ia berkomunikasi dengan
orang lain
d. Memahami maksud dari orang lain
Supaya ia berkomunikasi dengan orang
lain dengan baik, tentu saja ia harus mengetahui apa yang disampaikan orang itu
atau harus mengerti apa yang orang lain katakan padanya. Maka dari itu poin ini
sangatlah penting untuk ditekankan, terapis akan membantu anak Anda untuk
belajar bagaimana supaya ia mengerti maksud dari orang lain.
e. Kelancaran
Terapis juga akan melatih anak Anda
untuk berbicara berulang-ulang dan terus melatihnya hingga ia bisa berbicara
dengan lancar sehingga setelah mengikuti terapi wicara ia bisa lancar
berkomunikasi dengan orang lain. Konsentrasi saat berbicara dengan terapis juga
harus diperhatikan. Cara ini bisa diulangi oleh orang tua secara mandiri di
rumah.
f. Boneka tangan
Karena anak masih kecil tentu saja
ia akan lebih tertarik dan mudah memahami jika apa yang diajarkan padanya
menggunakan media yang menyenangkan. Biasanya supaya pelajaran ini menjadi
menyenangkan dan menghibur maka para terapis menggunakan media boneka tangan
sebagai media untuk mengajarkan verbal yang baik kepada anak Anda.
g. Bersiul
Mungkin Anda bingung kenapa
menggunakan metode bersiul untuk mengajar kepada anak Anda? Namun dengan
menggunakan metode bersiul ini akan meningkatkan penguasaan otot-otot
tenggorokan, mulut, dan lidah anak. Maka para terapis akan mengajarkan anak
Anda untuk bersiul supaya menguatkan otot-ototnya menjadi lebih kuat dan ia
menjadi mudah berbicara dan berkomunikasi.
h. Kartu bergambar
Para terapis akan menggunakan kartu
bergambar untuk membuat anak belajar berbicara, biasanya terapis akan
menyediakan kartu bergambar dan ia akan menyebutkan nama benda itu kemudian
menyuruh anak Anda untuk mengulanginya. Hal ini akan dilakukan berulang-ulang
hingga anak bisa mengucapkan nama itu dengan pelafalan yang baik.
i.
Permainan
verbal
Para terapis juga akan menggunakan
metode yang satu ini yaitu permainan verbal. Sebisa mungkin para terapis akan
membuat anak Anda untuk berlatih berbicara dengan jelas dengan menggunakan cara
yang menyenangkan supaya anak menjadi tidak cepat bosan.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Terapi
kerja atau terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan partisipasi
seseorang untuk melaksanakan tugas
tertentu yang telah ditetapkan. Terapi ini berfokus pada pengenalan kemampuan yang masih
ada pada seseorang, pemeliharaan dan peningkatan bertujuan untuk membentuk
seseorang agar mandiri, tidak tergantung pada pertolongan orang lain (Riyadi
dan Purwanto, 2009).
Terapi wicara adalah
terapi yang dilakukan untuk membantu anak autis supaya mereka bisa berbicara
dan juga bisa menyampaikan apa yang mereka maksud. Terapi wicara mencoba
membantu anak untuk belajar berkomunikasi dengan baik sehingga orang lain
ataupun dirinya sendiri bisa mengerti apa yang dimaksud ketika saling
berkomunikasi.
Adapun tujuan terapi okupasi menurut Riyadi dan Purwanto
(2009), adalah:
1.
Terapi khusus untuk
pasien mental/ jiwa;
2.
Terapi
khusus untuk mengembalikan fungsi fisik, meningkatkan ruang gerak sendi, kekuatan
otot dan koordinasi gerakan;
3.
Mengajarkan
aktivitas kehidupan sehari-hari seperti makan, berpakaian, belajar menggunakan
fasilitas umum (telpon, televisi, dan lain-lain), baik dengan maupun tanpa alat
bantu, mandi yang bersih, dan lain-lain;
4.
Membantu
pasien untuk menyesuaikan diri dengan pekerjaan rutin di rumahnya, dan memberi
saran penyederhanaan (simplifikasi) ruangan maupun letak alat-alat kebutuhan
sehari-hari;
5.
Meningkatkan
toleransi kerja, memelihara dan meningkatkan kemampuan yang masih ada;
6.
Menyediakan
berbagai macam kegiatan untuk dijajaki oleh pasien sebagai langkah dalam pre-vocational training;
7.
Membantu
penderita untuk menerima kenyataan dan menggunakan waktu selama masa rawat
dengan berguna;
8.
Mengarahkan
minat dan hobi agar dapat digunakan setelah kembali ke keluarga.
Berikut
adalah tujuan dari terapi wicara untuk anak autis :
1.
Karena anak autis cenderung sulit untuk berbicara
dengan jelas, maka dengan terapi wicara ini akan membantu anak belajar untuk
berbicara sehingga ia bisa berbicara dan berkomunikasi dengan artikulasi yang
jelas sehingga orang lain bisa memahaminya dengan mudah;
2.
Karena ia akan sulit menerima apa yang
orang lain katakan, maka ia akan kesulitan ketika diajak orang lain untuk
berkomunikasi;
3.
Biasanya anak autis berbicara dengan
tidak jelas dan beberapa orang akan tidak paham apa yang ia katakan dan ia
maksud, dengan mengikuti terapi wicara diharapkan anak bisa berbicara dengan
bahasa yang baik dan benar;
4.
Membantu anak supaya dia bisa
berkomunikasi dengan teman sebayanya dan dengan begitu maka dia bisa
berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya.
Ada beberapa
anggota yang dipakai dalam terapi okupasi, yaitu adalah sebagai berikut:
-
Perorangan : terapi yang dilakukan
secara individual. Hal ini dapat terjadi karena anak yang masih sulit
beradaptasi dengan lingkungannya atau kurang kooperatif.
-
Kelompok : terapi yang dilakukan secara
bersamaan dengan kegiatan yang membuat perlu adanya kebersamaan.
Berbeda dengan terapi okupasi, dalam
terapi wicara ada 9 anggota terapi yang dipakai dalam terapi wicara, yaitu
diantaranya:
1. Artikulasi
2. Menggunakan
bahasa yang benar dan juga baik
3. Intonasi
4. Memahami
maksud dari orang lain
5. Kelancaran
6. Boneka
tangan
7. Bersiul
8. Kartu
bergambar
9. Permainan
verbal
B.
SARAN-SARAN
Penyelenggaraan sekolah inklusif harus
terus dikembangkan demi memberikan ruang gerak, ruang belajar terutama bagi
anak-anak berkebutuhan khusus agar mereka tidak dipandang sebelah mata lagi.
Untuk itu pemerintah harus memperhatikan betul, apa saja kebutuhan mereka, baik
dari sarana dan prasarana maupun guru pembimbing untuk mereka. Saya berharap
sekali pemerintah beserta kaum pemerhati pendidikan untuk terus memberikan yang
terbaik bagi dunia pendidikan tanpa membedakan siswa yang normal maupun siswa
berkebutuhan khusus.
DAFTAR PUSTAKA
Komentar
Posting Komentar